Pengrajin Papua Perlu Perhatian Bekraf
Anggota Komisi X DPR RI Ayub Khan Foto : Chasbi/mr
Anggota Komisi X DPR RI Ayub Khan banyak mendapat temuan terkait dengan ekonomi kreatif saat berkunjung ke Pasar Sentral Hamadi di Jayapura, Papua. Salah satunya adalah para pengrajin di Papua yang bukanlah berasal dari Papua. Bahkan, ada sejumlah kerajinan khas Papua, tetapi datangnya dari luar daerah seperti dari Jawa dan Kalimantan. Ia melihat pengrajin di Papua membutuhkan perhatian dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
“Pahatan-pahatan patung seperti patung Suku Asmat dan Suku Dani, memang berasal dari Papua, tetapi memproduksinya di Jawa. Ini sebenarnya perlu sentuhan dari Bekraf, yang saat ini menjadi tulang punggung dari bangsa kita untuk meningkatkan devisa negara,” kata Ayub saat mengikuti Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI ke Pasar Sentral Hamadi di Jayapura, Papua, Jumat (15/2/2019).
Politisi Partai Demokrat ini melihat perlu adanya kerja sama dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Papua. Menurutnya potensi yang luar biasa ini bisa diangkat untuk menarik wisatawan asing. “Pada dasarnya Papua sudah memiliki branding, hanya manajemennya yang perlu ditingkatkan dan harus dibantu oleh pemerintah pusat, yakni Bekraf,” jelasnya.
Ayub menilai, Papua adalah daerah yang cukup kaya, baik seninya maupun tradisinya. Potensi ini harus diangkat dan dipublikasikan ke publik. Pemerintah pusat harus membantu untuk merealisasikan hal tersebut. “Termasuk batik yang saya pakai ini, modelnya memang berasal dari Papua, tetapi untuk proses produksinya berasal dari Jawa,” kata Ayub.
Lebih lanjut Anggota Dewan dari dapil Jawa Timur IV ini menjelaskan, perlu ada pendidikan khusus kepada masyarakat Papua terkait dengan batik, sehingga masyarakat Papua sendiri bisa membatik image Papua di daerahnya sendiri. Hal ini agar tidak ada lagi hasil batik model Papua yang produksinya dari daerah lain.
“Atau misalnya perlu ada pengrajin batik yang berkompeten yang bisa ditempatkan di Papua untuk transfer of knowledge kepada masyarakat Papua, sehingga ikon-ikon khas Papua bisa digambarkan di dalam batik tersebut, jadi tidak perlu lagi melempar (produksinya) ke daerah lain,” tutup Ayub. (cas/sf)