Komisi X Pertanyakan Kondisi Buku Layak

22-01-2015 / KOMISI X

Anggota Komisi X My Esti Wijayati mempertanyakan bagaimana sebenarnya kondisi buku layak, baik di perpustakaan maupun di sekolah. Esti menegaskan, layak yang dimaksud adalah layak untuk dikonsumi oleh anak didik. Pasalnya, ia pernah menemukan buku yang seharusnya tidak dibaca oleh anak-anak.

“Buku-buku yang di perpustakaan ini, seperti apa yang memang benar buku-buku layak. Karena masih ada buku-buku di perpustakaan, yang menurut hemat saya tidak mengajarkan sesuatu hal yang baik ketika buku itu dibaca oleh anak-anak. Buku-buku itu justru mengajarkan hal negatif, misalnya menolak toleransi. Siapa yang menyeleksi?” tanya Esti, saat rapat dengar pendapat dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di Gedung Nusantara I, Rabu (21/01/2015).

Politisi asal Dapil DI Yogyakarta ini menyayangkan buku yang tak layak itu bisa sampai ke tangan anak-anak. Ia menegaskan, harus ada seleksi ketat kepada buku anak yang akan diedarkan, baik ke perpustakaan, sekolah maupun di pasaran.

Politisi Fraksi PDI Perjuangan ini juga sempat mengusulkan berbagai program untuk meningkatkan gemar membaca kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pasalnya, minat membaca buku di Indonesia masih terbilang rendah.

Hasil survey Badan Pusat Statistik terhadap penduduk usia 10 tahun ke atas menyimpulkan, baru 17,66 persen penduduk Indonesia suka membaca surat kabar, buku atau majalah. Sedangkan, hasil riset UNDP, rasio gemar membaca di Indonesia hanya 0,001 persen, atau hanya 1 dari 1000 orang. Padahal idealnya, satu orang membaca tujuh judul buku per tahun.

“Di Dapil saya, sedang membangun perpustakaan besar. Sebagai awalan, kita bisa membuat program membaca supaya minat baca masyarakat Indonesia semakin besar. Ada beberapa contoh yang sudah kami lakukan. Kami membuat program lomba untuk menentukan raja buku dan ratu buku. Tak disangka, program ini rupaya sangat diminati oleh kalangan anak-anak dari tingkat SD sampai SMA,” jelas Esti.

Bahkan, tambah Esti, sampai ibu-ibu rumah tangga pun dilibatkan dalam program ini. Ibu-ibu ditantang untuk bercerita apa saja, dari buku apa saja, tentang cerita-cerita yang bisa mendidik kepada anak-anaknya. Ia menilai, program ini juga bisa dilaksanakan tidak hanya dilevel daerah saja, namun juga di tingkat nasional.

“Kalau sekarang ada ratu pariwisata, ada ratu kecantikan. Mungkin nanti ada lagi yang lebih baik, yaitu mencari raja dan ratu buku. Mungkin nanti bisa ditentukan berbagai indikator, untuk menentukan siapa pemenangnya,” imbuhnya.

Dalam paparan sebelumnya, Kepala PNRI Sri Sularsih menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, terdapat peningkatan jumlah anggota aktif Perpusnas, hingga mencapai lebih dari 320 ribu orang. Peningkatan positif lainnya, sampai tahun 2014 telah terbentuk lebih dari 23 ribu perpustakaan desa di 33 provinsi, dengan ditunjang perpustakaan keliling sebanyak 537 unit mobil. (sf), foto : naefurodjie/parle/hr.

BERITA TERKAIT
Fikri Faqih Terima Aspirasi Forum Guru Honorer dan PPPK di Jateng, Berharap Solusi Atas Persoalan Kepegawaian
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Keresahan tengah dirasakan ratusan guru honorer dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Jawa Tengah. Persoalan...
Once Mekel Apresiasi Terbitnya Permenkum Royalti, Fondasi Hukum Pertunjukan dan Musisi Nasional
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI, Elfonda Mekel, menyampaikan apresiasi atas terbitnya beleid Peraturan Menteri Hukum (Permenkum) Nomor...
Pidato Presiden Tempatkan Pendidikan, Kesehatan, dan Keadilan Sosial Fondasi Utama Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia,...
Pendidikan Tulang Punggung Utama Menuju Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengingatkan bahwa pendidikan adalah tulang punggung utama dalam...