Bali Jadi Barometer Mengukur Perubahan Paradigma Pariwisata Berkonsep ‘Quality Tourism’

01-07-2024 / KOMISI X
Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira saat kunjungan kerja di Denpasar, Bali, Jumat (28/6/2024). Foto : Runi/Andri

PARLEMENTARIA, Denpasar - Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira menegaskan bahwa perlu adanya perubahan paradigma dalam penyusunan RUU terkait perubahan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Perubahan tersebut terkait bagaimana dari yang bersifat wisata yang berorientasi pada jumlah (mass tourism) menjadi wisata yang berorientasi pada kualitas (quality tourism), sebagaimana menjadi titik berat dalam perubahan UU tersebut.

 

Karena itu, menurut Andreas, penting untuk mengetahui perkembangan pariwisata yang ada di Bali. Sebab, menurutnya, Bali sejauh ini memberikan kecenderungan ruang yang sangat terbuka kepada pihak-pihak luar untuk datang dengan menggunakan prinsip mass tourism. Dampaknya, pihak-pihak luar yang datang, tinggal bahkan bekerja untuk mencari nafkah.


“Ini yang menjadi suatu problematika yang saat ini sedang dihadapi. Persoalan seperti ini perlu dihindari. Jangan sampai menjadi tren yang berkembang di Indonesia. Karena itu ini menjadi salah satu perhatian yang ada saat ini di dalam UU Kepariwisataan yang sedang dilakukan revisi. Bali akan menjadi salah satu barometer untuk melihat bagaimana pergeseran paradigma RUU yang sedang disusun Komisi X DPR RI,” ujar Andreas kepada Parlementaria di Denpasar, Bali, Jumat (28/6/2024).

 

“Selama ini kita banyak mendengar di berbagai daerah, salah satunya Bali, (yang wisatawannya) tidak hanya datang untuk berwisata namun mereka menetap di sini dan juga mencari nafkah di kepariwisataan kita”

 

Lebih lanjut, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menjelaskan perubahan paradigma jauh lebih penting jika dilihat bagaimana wisatawan datang, lamanya mereka tinggal (lenght of stay), serta berapa banyak uang yang dikeluarkan. Hal itu lebih relevan daripada melihat banyak orang yang datang justru mereka datang bukan memberikan kontribusi pariwisata, tapi malah justru hidup dari kepariwisataan.

 

 “Selama ini kita banyak mendengar di berbagai daerah, salah satunya Bali, (yang wisatawannya) tidak hanya datang untuk berwisata namun mereka menetap di sini dan juga mencari nafkah di kepariwisataan kita. Bahkan mereka menjadi benalu bagi kepariwisataan. Bukan menjadi turisme untuk hidup memberikan kontribusi terhadap kepariwisataan di Indonesia akan tetapi menjadi problematika yang dihadapi saat ini,” jelasnya. (rni/rdn)

BERITA TERKAIT
Fikri Faqih Terima Aspirasi Forum Guru Honorer dan PPPK di Jateng, Berharap Solusi Atas Persoalan Kepegawaian
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Keresahan tengah dirasakan ratusan guru honorer dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Jawa Tengah. Persoalan...
Once Mekel Apresiasi Terbitnya Permenkum Royalti, Fondasi Hukum Pertunjukan dan Musisi Nasional
17-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI, Elfonda Mekel, menyampaikan apresiasi atas terbitnya beleid Peraturan Menteri Hukum (Permenkum) Nomor...
Pidato Presiden Tempatkan Pendidikan, Kesehatan, dan Keadilan Sosial Fondasi Utama Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia,...
Pendidikan Tulang Punggung Utama Menuju Indonesia Emas 2045
15-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, mengingatkan bahwa pendidikan adalah tulang punggung utama dalam...