Sarpras dan Guru Jadi Kunci Bangun Pendidikan Bermutu
Anggota Komisi X DPR RI Fahmi Alaydroes saat mengikuti rangkaian agenda Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI meninjau SDN 06, SMPN 02 dan SMAN 03 Kota Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (15/7/2022). Foto: Nadia/Man
Anggota Komisi X DPR RI Fahmi Alaydroes menyatakan ada dua aspek yang merupakan ujung tombak perbaikan mutu pendidikan Indonesia ke depan, yaitu sarana prasarana (sarpras) dan kualits guru. Mengingat keduanya memiliki korelasi yang cukup erat dalam membangun pendidikan yang bermutu.
"Sekarang kita dapatkan masalah cukup serius di guru, yaitu masalah ketercukupan, ketersebaran dan kompetensi juga kesejahteraan. Padahal guru itu yang paling depan menjadi ujung tombak bagi mutu pendidikan kita. Dua hal ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa yaitu sarana prasarana dan guru," kata Fahmi usai mengikuti rangkaian agenda Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI meninjau SDN 06, SMPN 02 dan SMAN 03 Kota Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (15/7/2022).
Fahmi menuturkan, gedung SMAN 03 Kota Salatiga dahulu adalah Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pada masa Belanda. Menurutnya, meskipun Belanda menjajah Indonesia. Namun, dia memberikan perhatian khusus kepada tenaga pendidik atau guru, sehingga hal itu merupakan pendidikan yang mewah bagi seorang guru.
"Mewah dalam artian terfasilitasi dengan baik dan kita juga tahu bahwa guru-guru kita di zaman dulu itu hebat-hebat. Ini juga catatan buat kita apalagi nanti di tengah-tengah suasana upaya untuk memperbaiki RUU Sisdiknas. Maka perhatian kita kepada upaya menghadirkan guru yang bagus yang berkualitas ini harus menjadi prioritas nomor satu," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Terkait sarana prasarana, Fahmi juga menyoroti bangunan yang dimiliki sekolah-sekolah yang dikunjungi oleh Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI adalah bangunan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Menurut legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat V itu, dari sarana prasarana bangunan sekolah yang memiliki kesan kokoh, luas dan asri dengan penghijauan di sekitarnya.
Hal ini membuktikan, bahwa Pemerintah Belanda pada masa itu sangat memperhatikan sarana dan prasarana bagi sekolah dan serius membangun pendidikan pada masa itu. Oleh karena itu, Fahmi meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dapat fokus dan serius membenahi fasilitas sekolah-sekolah di Indonesia.
"Menurut saya ini aspek yang barangkali perlu benar-benar kita perhatikan di tengah-tengah problematika kita. Di mana satu juta lebih ruang kelas rusak ya di seluruh Indonesia. Bagaimana anak ingin mendapatkan pengalaman belajar yang kondusif ya, yang bagus ketika sarana prasarananya menjadi menjadi bermasalah," tutup Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI tersebut. (ndy/sf)