Dunia Kampus Bisa jadi Episentrum Kehidupan Masyarakat Sekitar

Anggota Komisi X DPR RI Moh. Haerul Amri saat pertemuan Tim Kunker Komisi X DPR RI dengan Akademisi se-Banda Aceh di Universitas Syah Kuala. Foto: Erman/nvl
Anggota Komisi X DPR RI Moh. Haerul Amri sepakat jika dunia kampus atau perguruan tinggi menjadi sumber ‘mata air’ bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dari sisi akademik, sambungnya, dunia kampus banyak menginisiasi dan melahirkan gerakan-gerakan komunitas bagi daerah setempat
“Itu artinya bahwa, apa yang dilakukan oleh mahasiswa dan para akademisi di lingkungan kampus bisa menjadi sumber mata air bagi masyarakat sekitarnya,” ujar Aam, sapaan akrabnya, disela-sela pertemuan Tim Kunker Komisi X DPR RI dengan Akademisi se-Banda Aceh di Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, baru-baru ini.
Ditambahkan Aam, dunia kampus juga bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Semakin banyak mahasiswa berada di daerah tersebut, akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Aktivitas ekonomi dapat menggeliat ketika masyarakat bisa menyediakan kamar atau rumah sewaan, serta menyediakan kebutuhan harian bagi para mahasiswa.
“Nah sekarang tinggal bagaimana menyinergikan apa yang menjadi kebutuhan dunia kampus dengan masyarakat sekitar. Jadi ada kohesivitas antara dunia kampus dengan masyarakat. Kalau ini dikelola dengan baik, kampus mengelola UKM-UKM-nya itu, serta ada edukasi kepada masyarakat seperti pengelola warung, ini akan menjadi sangat bagus sekali,” tutur politisi Fraksi NasDem itu.
Aam melanjutkan, dari sisi manajerial, dunia kampus harus bisa mengedukasi masyarakat tentang persoalan-persoalan politik. Karena, tak jarang di sekitar kampus-kampus besar, namun tingkat pendidikan masyarakat sekitarnya masih ada yang tertinggal. Ia tidak menginginkan kampus menjadi lingkungan yang dimiliki kalangan elitis, karena menurutnya kehidupan kampus harus betul-betul membaur dengan masyarakat setempat.
“Di Komisi X, saya akan mendorong program beasiswa bagi masyarakat-masyarakat di sekitar kampus. Itu saya kira menjadi penting, karena dalam fiqih-nya juga, kita berbagi, kita bersodaqoh itu diutamakan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Masyarakat sekitar maksudnya di tingkat kecamatan, kabupaten, itu harus betul-betul menjadi bagian kampus dan harus ada kesinambungan antara daerah setempat dan stakeholder atau kampusnya,” urai Aam.
Di sisi lain, Aam meminta agar pihak kampus memberikan ruang ekspesi yang lebih luas kepada organisasi ekstra kampus. “Karena hidup dan terkenalnya sebuah kampus bisa dipengaruhi oleh organisasi-organisasi seperti PMII, HMI, IMM, KAMMI, GMNI, PMKRI, GMKI dan lainnya,” tutup Aam. (es)