Perkembangan Perpustakaan Digital Harus Menyesuaikan Kemajuan Zaman

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat memimpin Tim Kunspek Komisi XI DPR RI ke Balai Layanan Perpustakaan D.I.Yogyakarta, Jumat (24/9/2021). Foto: Eko/Man
Komisi X DPR RI memberikan perhatian khusus pada perkembangan perpustakaan digital yang harus menyesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi. Ini merupakan tuntutan adanya perubahan paradigma dalam pembelajaran dengan e-learning. Dengan perkembangan e-learning, maka akan muncul sebuah jasa pelayanan informasi digital yang terintegrasi.
Hal ini ditekankan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat memimpin Tim Kunspek Komisi XI DPR RI ke Balai Layanan Perpustakaan D.I.Yogyakarta, Jumat (24/9/2021). "Perkembangan perpustakaan digital bukan sekedar menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, tetapi lebih karena tuntutan adanya perubahan paradigma dalam pembelajaran dengan e-learning," papar Fikri.
Menurutnya, perpustakaan merupakan unit penunjang dalam dunia pendidikan, maka harus menyediakan sumber informasi elektronik bagi kebutuhan pemustaka yang beraktivitas dari rumah secara online.
Layanan perpustakaan yang semula dilakukan secara langsung, diubah menjadi layanan online untuk memperlancar dan memberikan kemudahan bagi pemustaka dan pustakawan. "Pustakawan dituntut kreatifitasnya untuk menciptakan inovasi baru dalam memberikan layanan online kepada pemustaka," ujar Politisi dari Fraksi PKS ini.
Dia memaparkan, perpustakaan digital pada saat ini menjadi sebuah kebutuhan. Meskipun pada kenyataannya sebagian besar perpustakaan di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan teknologi informasi, sehingga harus ada strategi khusus.
Ada pun kendala yang dihadapi oleh sebagain besar perpustakaan biasanya adalah biaya. Pengembangan perpustakaan dari bentuk konvensional ke bentuk digital memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, diperlukan kerja sama antar perpustakaan dan pemakaian sumber secara bersama atau resource sharing, yang dalam hal tertentu, dapat menghemat dana namun dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber informasi.
Selain itu, layanan perpustakaan digital juga menghadapi beberapa permasalahan antara lain, membutuhkan peralatan teknologi yang canggih, biaya investasi awal yang tinggi. Dan yang tak kalah penting diperlukan tenaga ahli yang mampu mengolah perpustakan digital. "Diperlukan perawatan dan pemeliharaan peralatan, dan tidak semua orang mampu mengakses perpustakaan digital," ungkap Fikri. (eko/es)