Daerah 3T Masih Kekurangan Tenaga Pengajar
Panja Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah (SN Dikdasmen) Komisi X DPR RI mendapatkan informasi, masih banyaknya daerah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar (3T) yang kekurangan tenaga pengajar. Hal itu pun menjadi salah satu temuan saat Panja SN Dikdasmen meninjau Sekolah Tapal Batas yang dikelola oleh Yayasan Ar-Rasyid Nunukan, di Pulau Sebatik, dan sekolah tingkat dasar dan menengah di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Selasa (6/3/2018).
Anggota Panja SN Dikdasmen Nuroji mengatakan, guru-guru yang mengajar di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu kebanyakan dari luar daerah, sehingga karena merasa tidak kuat, akhirnya kembali ke daerah asalnya. Imbasnya, sekolah di Nunukan menjadi kekurangan guru. Tak dipungkiri, kondisi wilayah daerah perbatasan ini cukup berat, dengan berbagai fasilitas yang penuh tantangan.
“Guru-guru dari luar daerah yang mengajar di daerah Nunukan atau Sebatik ini akhirnya pulang juga, tidak kuat karena medan wilayahnya cukup berat. Bahkan katanya masih banyak binatang buas dan ada jalur sungai yang seperti arung jeram. Jadi cocoknya, guru-guru untuk daerah 3T diambil dari putra-putri daerah untuk guru-guru mata pelajaran umum,” jelas Nuroji di sela-sela peninjauan, baik di Nunukan maupun Sebatik.
Nuroji menambahkan, hal yang menjadi kesulitan adalah guru-guru produktif atau guru teknik, yang kadang harus didatangkan dari luar daerah. Pasalnya, terkadang tidak semua putra-putri daerah menguasai kompetensi teknik. Sehingga, perlu adanya hal yang dapat menarik minat para guru produktif itu. Misalnya, pada program Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Tertinggal, dan Tertinggal (SM3T), dengan meningkatkan besaran insentif.
“Untuk menarik minat guru-guru yang akan ditempatkan di daerah 3T, harus mendapatkan insentif yang menarik dari pemerintah. Sehingga mereka lebih tertarik. Ini salah satu jalan, selain mengangkat pemuda daerah untuk mengajar,” imbuh Politisi Partai Gerindra itu.
Bahkan saat pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltara Sigit Muryono, Sekretaris Kabupaten Nunukan Serfianus, Anggota DPRD Kabupaten Nunukan, serta perwakilan sekolah maupun guru di Kabupaten Nunukan, terungkap masih ada daerah perbatasan lain di Kaltara yang perlu mendapat perhatian, yakni Kecamatan Krayan. Bahkan katanya, banyak guru yang tidak betah ketika ditempatkan di Krayan.
“Kami mendapat informasi, yang lebih parah kondisinya di Kecamatan Krayan. Katanya di Krayan ada masalah guru yang tidak betah karen amedan yang cukup berat, sehingga banyak guru yang ditempatkan di Krayan kemudian pulang. Namun karena kunjungan hanya dijadwalkan ke Nunukan, kami belum bisa ke Krayan. Bahkan kunjungan kita ke Sebatik ini sebenarnya sepontan atas masukan masyarakat juga,” jelas Nuroji.
Dalam kesempatan itu, politisi dapil Jawa Barat itu juga mengapresiasi kehadiran Sekolah Tapal Batas, kendati masih mengalami banyak kekurangan. Berkat inisiatif Bidan Suraidah, yang sekarang menjadi Kepala Sekolah Tapal Batas, banyak anak-anak yang orang tuanya berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, dapat mengenyam bangku pendidikan.
Sementara itu, saat pertemuan di Nunukan, Ketua Komisi I DPRD Nunukan Aprem mengatakan, jika Panja SN Dikdasmen ingin melihat kondisi pendidikan di daerah 3T, ia mengusulkan untuk mengunjungi wilayah tiga Nunukan, yang meliputi Krayan, Lubis, Sebuku, dan Sei Menggaris. Menurutnya, dari 19 kecamatan di Nunukan, kondisi wilayah tiga itu lebih memprihatinkan, mulai dari fasilitas pendidikan hingga tenaga pengajar. (sf)