Perpustakaan Batam Tidak Representatif
Anggota Komisi X DPR RI, Esti Wijayati (F-PDI Perjuangan)/Foto:Husen/Iw
Sebagai pintu gerbang masuk ke Indonesia, Kota Batam mestinya memiliki banyak gedung dan infrastruktur yang memadai. Ironisnya, perpustakaan di Kota Batam tidak representatif dan bukan cerminan sebagai kota besar dan beranda Indonesia.
Tim Komisi X DPR RI yang meninjau langsung perpustakaan milik Pemerintah Kota Batam prihatin atas kondisi perpustakaanya. Selain belum memiliki gedung sendiri, koleksi bukunya juga sangat minim. Apalagi, angka kunjungannya hanya 40 orang per hari. Ruangannya pun sempit dan kurang nyaman untuk para pengunjung. Inilah salah satu potret perpustakaan daerah yang dikunjungi Komisi X DPR RI, Rabu (07/2/2018), di Batam, Kepulauan Riau.
Anggota Komisi X DPR Esti Wijayati yang ditemui di Batam berkomentar, pembangunan perpustakaan tampaknya belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Padahal, dari perpustakaan itulah budaya baca dan literasi masyarakatnya bisa dibangun. "Kita harus merubah mindset pemerintah daerah dan masyarakat bahwa perpustakaan itu sangat penting untuk membangun wawasan dan kecerdasan masyarakat," tegasnya.
Ditambahkan politisi PDI Perjuangan itu, sejauh pantauannya perpustakaan di Yogyakarta salah satu yang terbaik di Indonesia. Perpustakaannya sudah naik tingkat menjadi perpustakaan progresif. Selain memiliki gedung perpustakaan yang representatif juga memiliki koleksi buku dan arsip yang sangat lengkap. Bahkan, para pembaca buku di perpustakaan ini bisa berinteraksi dengan para penulis bukunya.
Sayangnnya Batam sebagai beranda Indonesia tidak memiliki perpustakaan sebaik di Yogyakarta. Perpustakaan di Yogyakarta, sambung Esti, bisa jadi proyek percontohan bagi perpustakaan di daerah lainnya. "Untuk menumbuhkan minat baca, tidak harus datang dan menpromosikan perpustakaan. Pemerintah daerah bisa menempatkan buku-buku di posyandu yang bisa diakses para ibu dan anak-anak," ujar politisi dapil Yogyakarta itu. (mh/sc)