Persentase Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Anggota Komisi X DPR RI, Esti Wijayati (F-PDI Perjuangan)/Foto:Iwan Armanias/Iw
Skala perbandingan ketersediaan buku di Indonesia jumlahnya masih 1 berbanding 15 ribu, yang artinya 1 buku untuk 15 ribu orang. Minat baca dan persentase kehadiran masyarakat di perpustakaan juga dinilai cukup rendah, dan tidak merata diberbagai wilayah.
“Indeks literasi kita sejak dahulu menduduki urutan nomor 60 dari 61 negara. Padahal kalau bicara soal anggaran, anggaran kita itu mampu untuk mengangkat minat baca dan indeks literasi kita,” ucap Anggota Komisi X DPR RI Esti Wijayati di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/1/2018).
Sementara jumlah pustakawan yang ada, rasionya hanya 1 berbanding 200 perpustakaan, paparnya. “Ini sungguh tidak ideal. Belum lagi kaitannya dengan sebaran perpustakaan, 60 persen lebih perpustakaan itu adanya di Pulau Jawa. Ini juga menjadi problem,” ujar politisi F-PDI Perjuangan itu.
Menurut Esti, kalau berbicara tentang perpustakaan dan bagaimana cara meningkatkan minat baca dan indeks literasi di Indonesia, maka yang utama untuk dilakukan adalah membangun sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten dan Kota.
“Sekaligus memikirkan bagaimana masalah penganggaran yang diberikan kepada bidang perpustakaan, bagaimana pula koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait, termasuk penggunaan perpustakaan sekolah yang diharapkan tidak saja digunakan untuk guru dan anak-anak didik yang ada disaja, tetapi masyarakat sekitar juga harus bisa menggunakannya,” tuturnya.
Politisi asal dapil DI Yogyakarta itu mengatakan, selama ini Perpustakaan Nasional belum mentargetkan sasaran utama untuk meningkatkan minat baca dan literasi.
“Ketika membuat perencanaan tanpa skala prioritas untuk target utama sasaran untuk program-program tersebut, maka akan menjadi sulit. Harus dievaluasi, gerakan gemar membaca yang dilakukan di hampir seluruh daerah yang ada di Indonesia sudah diterapkan, tetapi mengapa minat bacanya tidak segera beranjak naik? Mungkin sasarannya yang belum tepat, atau mungkin juga metode dan buku-buku yang disiapkannya yang tidak pas,” pungkasnya. (dep/sf)