Kunspek ke Sumut, Komisi X Awasi Penyediaan Buku 3 M
Buku sebagai salah satu sarana membangun dan meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam tingkat global. Oleh karena itu Komisi X melakukan kunjungan spesifik ke Sumatera Utara dalam rangka pengawasan pelaksanaan penyedian buku Mutu Murah dan Merata (3M).
"Persoalan buku murah dan mahal itu sangat tergantung pada kebijakan departemen yang lain. Misalkan dari Menteri Keuangan, bahwa buku masih ditetapkan pajak yang tinggi atau kertas yang sering menghilang. Inikan persoalan-persoalan yang tidak hanya berkaitan dengan dari Kementerian Pendidikan ataupun pemangku kepentingan tersebut jadi implementasinya itu jauh dari harapan kalau menuju bermutu, murah dan merata." kata anggota Komisi X DPR Sofyan Tan saat dialog dengan Sekda, Kadis Pendidikan dan Ketua LPMP Provinsi Sumut dan jajaran di kantor Gubenur Provinsi Sumut, Kamis (14/09/2017).
Menurut Sofyan Tan, buku merupakan salah satu jendela dunia dan juga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dia menginginkan dan mengingatkan pemerintah mendorong pembangunan perpustakaan diiringi juga dengan subsidi terhadap buku-buku terutama bagaimana membuat buku itu menjadi murah dan berkualitas.
"Yang paling penting tidak ada konten bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan jangan pula kontennya justru berisi radikalisme. Ini yang harus dihindari." tandas politiisi PDI Perjuangan ini.
Terkait persoalan kurikulum 2013 dan kendala yang dihadapi, katanya, tidak hanya sekedar dari pemangku kepentingan berkaitan dengan pendidikan tapi yang non pendidikan juga sangat mempengaruhi termasuk salah satu transportasi. "Transportasi itu kan mahal, biaya siluman juga masih banyak. Banyak hal yang mempengaruhi sehingga buku kita tidak bisa murah." ujar politisi dari Dapil Sumut.
Selain pertemuan di kantor Gubenur, Tim Komisi X DPR juga meninjau sekolah dan ternyata ada sekolah yang memang belum memiliki perpustakaan. Kalaupun perpustakaan ada, tapi tidak dikelola secara baik, artinya bukunya banyak bukan buku yang di luar, padahal siswa juga membutuhkan bacaan yang lain
"Yang mengelola umumnya orang yang bukan berlatar belakang pustakawan. latar belakang dan sering dijadikan tempat buangan bagi orang "tidak disukai di sekolah". Akibatnya perpustakaan itu tidak dikelola secara profesional." tutup Sofyan Tan. (rief,mp) Foto: Arief