Aceh Bisa Jadi Pusat Riset Tsunami
Tsunami yang melanda Aceh dan beberapa daerah lainnya pada tahun 2004 lalu tentu tak mudah untuk dilupakan. Apalagi bencana yang merenggut 230 ribu nyawa dan memporak-porandakan sebagian besar wilayah Aceh itu, terjadi di tengah pemahaman tentang tsunami masih minim. Adanya Museum Tsunami dan Museum PLTD Apung di Aceh, diharapkan bisa menjadi pusat riset tsunami Indonesia.
“Kita tahu bahwa kejadian tsunami terbesar di dunia pernah terjadi di Aceh pada tahun 2004. Namun dunia malah mengakui Sendai Framework di Jepang sebagai pusat edukasi tsunami, dan orang Indonesia harus ke sana untuk belajar. Padahal di Indonesia sendiri sudah ada,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat mengunjungi Museum Tsunami dan Museum PLTD Apung di Aceh dalam rangkaian kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Aceh, Senin (31/7/2017).
Fikri menyarankan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk serius dan fokus terkait penelitian dan riset tentang tsunami dengan menggunakan fasilitas yang sudah ada di Indonesia. Apalagi, Museum Tsunami dan Museum PLTD Apung juga sudah cukup dikenal.
“Diorama di kedua museum ini sudah cukup baik. Namun memang harus diperkuat dengan narasi terkait keseluruhan kejadian tsunami itu. Sehingga, wisatawan semakin tertarik untuk datang ke sini,” imbuh politisi F-PKS itu.
Fikri mengakui, narasi masih menjadi kelemahan kedua museum. “Di tempat lain, destinasinya biasa saja, tapi karena didukung narasi yang kuat, sehingga wisatawan tertarik. Wisatawan datang karena narasi dari destinasi itu sangat kuat,” analisa politisi asal dapil Jateng itu.
Selain mengunjungi kedua museum itu, Tim Komisi X DPR RI merasa sangat terkesan dengan keindahan arsitektur museum. Bahkan, hampir seluruh anggota juga turut merasakan kesedihan serta kepedihan masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi tahun 2004 melalui penuturan seorang saksi hidup tsunami yang selamat di atas kapal Lampulo, Gaya Triana.
“Museum tsunami ini selain menjadi tempat rekreasi juga dapat difungsikan sebagai tempat evakuasi apabila suatu saat nanti terjadi lagi gempa dan tsunami di masa yang akan datang,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi.
Sementara Koordinator Museum Tsunami Aceh, Almuniza Kamal berharap dengan adanya kunjungan Tim Kerja Komisi X DPR RI seperti ini, Museum Tsunami Aceh dapat memberikan pelayan yang maksimal dan dapat memberikan kesan tersendiri bagi Komisi X DPR RI. “Setidaknya ada sedikit perhatian kepada museum khususnya dalam sisi pengelolaan dan karyawan Museum Tsunami Aceh,” imbuhnya. (sf) foto: sofyan/od.