Banyak Sarpras Sekolah di Palembang Rusak
Banyak sarana dan prasarana sekolah di Kota Palembang, Sumatera Selatan (sumsel) yang rusak dan butuh perhatian pemerintah. Dari gedung SD, SMP, dan SMA selalu banyak ditemukan kerusakan. Ini akan merusak konsentrasi para siswa.
Anggota Komisi X DPR RI Esti Wijayati mendesak agar segera ada perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana sekolah di Palembang. Hal tersebut diungkapkannya saat kunjungan kerja komisi X ke Palembang, Sumsel, Selasa (2/5/2017). “Kita melihat sekolah yang kita kunjungi ini memerlukan perhatian dan percepatan perbaikan," ujarnya.
Komisi X, lanjut Esti, menemukan sebuah SD yang berdiri di atas rawa dengan fasilitas yang sangat minim. Bahkan, penyangga bangunan sekolah sudah rapuh. Ini membahayakan bagi para siswa dan guru. “Menurut kita itu tidak layak digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Kita ingin percepatan perbaikan, kalau bisa dipindahkan ke tempat yang tidak jauh dari tempat yang sekarang ada,” katanya.
Anggota F-PDI Perjuangan ini sempat meninjau sekolah lain dengan kondisi yang memprihatinkan, seperti atap jebol dan tembok retak. Maka dari itu, Komisi X meminta laporan dari Dinas Pendidikan setempat, seberapa banyak dan seberapa parah kerusakan sekolah di Sumsel.
“Prioritas utama adalah perbaikan infrastruktur dan juga ruang-ruang kelas yang tidak memenuhi syarat, termasuk pengadaan alat-alat laboratorium yang dibutuhkan sekolah-sekolah tersebut,” tutur Esti.
Di sisi lain, dia menyorot pula minimnya jumlah mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Mayoritas calon mahasiswa tersedot ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Menurutnya, ini mengancam keberadaan PTS di Sumsel.
“Perguruan tinggi swasta ini banyak yang hampir tutup, karena mahasiswanya tersedot ke negeri. Sementara dilaporkan, hanya 18% dari jumlah pendaftar yang masuk PTN,” ungkap Esti.
Angka partisipasi siswa masuk perguruan tinggi, sambung Esti, masih dibawah 30% secara nasional. Padahal angka partisipasi minimal mestinya 31%. Di Palembang, masih sekitar 29%. “Tentu ini masih sangat rendah. Ketika kita bicara di 2019, harus 36% angka partisipasi masuk perguruan tinggi. Ini jadi PR besar bagi kita.”
Ditambahkan Esti, PTS juga tidak boleh dilupakan. Selama ini, anggaran memang hanya diberikan kepada PTN. PTS harus bisa bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta untuk membantu mencari sumber pendanaannya. “Ini komitmen kita bersama, bagaimana meningkatkan partisipasi perguruan tinggi dan menfasilitasi sekolah-sekolah swasta agar berkualitas,” tutupnya.(rief)/foto:arief/iw.