Tak Mudah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia
Anggota Komisi X DPR Dewi Coryati menilai, memang tak mudah bagi Perguruan Tinggi untuk masuk dalam jajaran top 500 dunia. Banyak kriteria yang harus dipenuhi. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2016, telah merealisasikan dua Perguruan Tinggi, dari target tiga Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia.
“Dari target tiga, tercapai dua perguruan tinggi. Nyaris tercapai 100 persen. Memang untuk memenuhi target masuk top 500 dunia ini tidak mudah. Ada kriteria yang harus dipenuhi, misalnya dalam segi jurnal,” ungkap Dewi, di sela-sela raker dengan Menristekdikti Muhammad Nasir, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (25/01/2017).
Meski tak mudah, Dewi melihat kesungguhan Kemenristekdikti untuk memperjuangkan perguruan tinggi untuk masuk top 500 dunia. Ia melihat kiat Kemenristekdikti seperti meningkatkan jurnal, bahkan hingga wacana impor profesor untuk meningkatkan kualitas profesor di Indonesia.
“Memang ada kesungguhan dari Kemenristekdikti. Dan saya berharap ke depannya, dengan usaha-usaha itu dapat meningkatkan perguruan tinggi menjadi kelas dunia itu bisa terwujud, dan bertambah jumlahnya,” harap politisi F-PAN itu.
Dewi mencatat, ada beberapa permasalahan yang harus diperhatikan oleh Menristekdikti. Pertama, terkait anggaran. Menurutnya, perlu adanya insentif kepada profesor dan dosen, sehingga mereka akan lebih meningkatkan kualitas dirinya.
“Kemudian, perlu adanya peningkatan beasiswa kepada pada para dosen, sehingga jumlah dosen S2 dan S3 meningkat. Namun saya mendengar, ada permasalahan ketidakmampuan berbahasa Inggris dengan baik, sehingga beasiswa ditolak,” urai Dewi.
Terkait hal ini, politisi asal dapil Bengkulu menyarankan pelatihan peningkatan kemampuan bahasa Inggris untuk ditingkatkan. Termasuk memberikan kursus singkat bahasa Inggris beberapa bulan kepada para dosen.
Sebelumnya, Menristekdikti menjelaskan salah satu kendala yang tidak bisa dihindari adalah relativitas antara kemajuan atau peningkatan segala aspek antar Perguruan Tinggi Indonesia dengan Perguruan Tinggi di luar negeri.
Kemudian, permasalahan berikutnya adalah urangnya komitmen Pimpinan perguruan tinggi dalam menaikkan peringkat dunia, dan adanya sikap pesimistis dalam menaikkan peringkat dunia dari perguruan tinggi yang masih peringkat di bawah.
Kemudian, tambah Menristekdikti, sasio dosen atau mahasiswa sangat rendah, jumlah produksi terindeks dan sitasi yang amat rendah, hingga jumlah dosen dan mahasiswa asing yang kecil. Jejaring dengan pengguna global yang belum terbangun dan terindetifikasi dengan baik, juga ditengarai menjadi salah satu kendala.
Sebagaimana diketahui, Universitas Indonesia menempati peringkat 325, sedangkan Institut Teknologi Bandung menduduki posisi 401 dari 500 kampus di seluruh dunia. Sementara Universitas Gadjah Mada masuk urutan 501. (sf)/foto:kresno/iw.