Legislator Dorong Target Kunjungan Wisman Lebih Tinggi
Pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2019 sebesar 20 juta kunjungan. Namun, Anggota Komisi X DPR Mujib Rohmat meminta agar target kunjungan lebih tinggi lagi. Sehingga pemasukan negara dari sektor pariwisata bisa lebih tinggi lagi.
Demikian dikatakannya di sela-sela RDP antara Panja Pemasaran dan Destinasi Pariwisata dengan Badan Promosi Pariwisata Indonesia, Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia, dan Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (19/9/2016).
“Kita harapkan pemasukan negara terbesar pada tahun 2020 itu dari sektor pariwisata. Yang paling tinggi dari semua sektor lain. Saat ini sudah Rp 170-an triliun. Kemudian pada tahun 2019 dengan kunjungan 20 juta wisman, mungkin sudah bisa menghasilkan Rp 280-an triliun pendapatan kita dari sektor pariwisata,” kata Mujib.
Apalagi, tambah politisi F-PG itu, dengan kondisi sumber daya alam Tanah Air yang semakin berkurang, sektor pariwisata menjadi salah satu potensi untuk menarik devisa. Mengingat, sektor pariwisata itu tidak ada habisnya. Semakin digali, semakin kelihatan keindahannya.
“Tapi memang untuk mengembangkan pariwisata perlu diikuti dengan pembangunan infrastruktur di destinasi pariwisata. Termasuk pengembangan Sumber Daya Manusia dalam menghadapi peningkatan kunjungan wisatawan,” imbuh Mujib.
Untuk mendapatkan SDM di bidang pariwisata, politisi asal dapil Jawa Tengah itu menyarankan adanya program Pariwisata Goes to Campus, sehingga dapat menarik mahasiswa untuk terjun di bidang pariwisata. Mengingat mahasiswa yang belajar di sektor pariwisata masih sedikit.
“Untuk program Pariwisata Goes to Campus, sudah dimulai di Universitas Diponegoro. Saya bersama Kemenpar bicara tentang pariwata, dan ternyata mendapatkan antusiasme yang tinggi dari mahasiswa. Ada 150-an mahasiswa yang kita latih dari sekitar 8 fakultas,” jelas Mujib.
Bahkan dalam kesempatan itu juga disepakati untuk membuka program studi industri pariwisata. Ini merupakan capaian yang cukup baik, walaupun belum sampai pada tingkat fakultas pariwisata. Dikabarkan, program ini juga dijalankan di Universitas Padjajaran dan ITB.
Sementara itu sebelumnya, Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) Fathul Bahri mengatakan, pada masa mendatang, diharapkan pariwisata dapat menjadi penghasil devisa terbesar sebesar US$ 24 miliar, melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit. Pariwisata Indonesia pun ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.
Fathul menambahkan, ada beberapa permasalahan pariwisata menurut BPPI diantaranya belum maksimalnya cross border event sebagai daya tarik bagi negara tetangga, dan kegiatan branding belum sebanding dengan jumlah kedatangan wisman.
“Pemerintah dan Pemda juga kurang serius dalam pengembangan destinasi yang menyangkut aksesibilitas, konektifitas, dan infrastruktur penunjang lain,” kata Fathul.
Sementara itu, Hendri Harmen, perwakilan dari Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia menekankan, jika Pemerintah bersama Pemda, masyarakat dan pelaku pariwisata lebih serius lagi, mungkin pariwisata Indonesia bisa menjadi nomor satu. (sf) foto: kresno