Gagasan Sekolah Sehari Penuh tak Menyentuh Persoalan Pendidikan
Kendati gagasan sekolah sehari penuh atau Full Day School (FDS) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dibatalkan, gagasan ini tetap mendapat catatan kritis dari Anggota Dewan. Anggota Komisi X DPR Sofyan Tan menilai, gagasan ini tak menyentuh permasalahan pendidikan yang sebenarnya.
“Gagasan yang dilontarkan oleh Mendikbud itu tidak menyentuh secara langsung permasalahan pendidikan yang sebenarnya. Mendikbud tidak boleh berpikir persoalan yang dihadapi di Ibukota, lalu di generalisir dan diterapkan di seluruh Indonesia. Persoalan Jakarta itu beda dengan persoalan Indonesia secara keseluruhan,” katanya saat dihubungi Parlementaria, Jumat (12/08/2016).
Menurutnya, masih banyak permasalahan lain yang melingkupi pendidikan di Tanah Air. Permasalahan pertama, masih adanya penempatan guru yang tidak merata di seluruh Indonesia. Menurutnya, guru yang berkualitas baik kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa, sedangkan guru-guru yang di daerah, malah kekurangan guru berkualitas. Seperti daerah-daerah yang berada di daerah 3T.
“Permasalahan pendidikan berikutnya yang mendesak bukan persoalan yang menyangkut full day school itu. Persoalan yang mendesak itu adalah bahwa sampai saat ini terjadi kesenjangan pendidikan antara Pulau Jawa dengan daerah di luar Pulau Jawa. Ada gap yang sangat besar tentang pendidikan,” imbuh poltiisi F-PDI Perjuangan itu.
Belum lagi, tambah Sofyan, masih adanya permasalahan infrastruktur yang harus diselesaikan. Misalnya, kondisi ruang kelas rusak di seluruh Indonesia yang mencapai angka 8 persen. Menurutnya, ini masalah pendidikan sebenarnya yang harus segera diselesaikan.
“Yang ingin kita bangun itu pendidikan di Indonesia, bukan di kota-kota besar saja, yakni soal pemerataan pendidikan. Apalagi yang disasar itu wajib belajar, yakni tingkat SD dan SMP. Anak harus menikmati pendidikan itu. Bukan berarti permasalahan di Ibukota itu ditempatkan secara nasional. Itu tidak bisa,” tegas Sofyan.
Politisi asal dapil Sumatera Utara itu khawatir, akibat dari gagasan ini, mengakibatkan anak kehilangan keceriaan ketika bersekolah, karena menjadi beban berat. Namun, “Kita akan membahasnya dulu bersama Mendikbud, dan meminta penjelasan mengenai konsep itu. Kalau bagus, tentu kita dukung,” tutup Sofyan. (sf), foto : suciati/hr.