Komisi VIII Bahas BPIH dengan Air Asia dan Qatar Airways
Komisi VIII DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum dengan maskapai penerbangan Air Asia dan Qatar Airways, mengenai Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji. Wakil Ketua Komisi VIII Ledia Hanifa Amaliah mengatakan walaupun telah mengetahui bahwa sesungguhnya Kementerian Agama RI sebagai Kuasa Pengguna Anggaran sudah beberapa kali melakukan tender terbuka terhadap berbagai maskapai penerbangan, ada beberapa hal yang ingin dibicarakan dan ditanyakan mengenai komponen terbesar dari biaya penyelenggaraan haji yaitu penerbangan.
“Komisi VIII memandang beberapa hal yang perlu didalami karena ada perubahan penurunan harga Avtur, pelayanan, dan regulasi,” katanya saat memimpin RDPU ini, Senin (15/2/), di Gedung DPR, dengan agenda kesiapan maskapai penerbangan dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 1437 H/2016 M.
Direktur Opersional Air Asia Indonesia Ridzeki Tresno Wibowo mengatakan harga akan sulit dibandingkan dengan komersial yang selama ini dijalani. “Air Asia Indonesia start Jeddah baru tahun ini, mungkin untuk harga agak sulit harga normal karena sifatnya lebih kepada carter bukan regular.Jadi mungkin harga agak berbeda dengan harga regular,” katanya.
Ridzeki mengatakan yang paling mempengaruhi harga adalah jika sebuah carter flight (non-reguler) seperti haji. Menurutnya jika Air Asia mendapatkan hak penerbangan itu tentunya akan sewa pesawat. "Kalau kita punya pesawat sendiri harga itu akan fix, jika kita akan sewa pesawat, itu akan mempengaruhi harga,” katanya.
Selain itu, dia menambahkan pada musim haji ini yang mungkin berubah adalah asuransi, karena asuransi regular dan carter berbeda, termasuk hotel dan ekstra servis.
Cauntry Manager Qatar Airways Ramdas Shiuram, menyampaikan bahwa sampai saat ini hanya mengangkut haji plus. Kebutuhan jumlah tempat duduk mempengaruhi, karena penerbangan ini tidak hanya melayani satu negara saja.
Terkait harapan Komisi VIII yang menginginkan maskapai penerbangan ketika melayani haji regular, tidak harus transit misalnya, langsung ke Jeddah atau Madinah, pihaknya mengaku kesulitan. Maskapai Qatar ini mengatakan, agak sulit karena penerbangan internasional harus transit terlebih dahulu ke Doha lalu kemudian ke Jeddah atau Madinah. Hal ini juga terjadi pada Air Asia yang harus transit terlebih dahulu di Malaysia. (as)/foto:kresno/parle/iw.