Komisi X Pantau Persiapan Pencairan Dana PIP
Program Indonesia Pintar (PIP) 2015 yang dikenal dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) memiliki kemiripan dengan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dengan sedikit perluasan dan penyempurnaan terutama dari aspek sasaran dan jangkauan.
"Karena program ini juga kelanjutan dari BSM," ungkap Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ridwan Hisyam kepada wartawan usai pertemuan antara Tim Panja PIP dengan Kepala Cabang BRI, BNI, Kadisdik Pemkot/Pemkab Malang, di Kantor BRI Malang, Senin (22/6'2015).
Ia menambahkan sebagai program baru dengan sasaran 17,9 juta siswa dan anggaran sebesar Rp 7,1 Triliun, PIP dipandang masih mengandung banyak persoalan terutama dari aspek penentuan sasaran, khususnya anak usia sekolah yang tidak sekolah dan juga mekanisme penyaluran yang lebih kompleks.
"Jadi tujuan Panja PIP Komisi X DPR ke Malang adalah untuk melihat langsung bagaimana persiapan pencairan KIP yang diperuntukan untuk siswa-siswa SD, SMP, SMA, dan SMK yang mempunyai status miskin agar mereka dapat tepat waktu menerimanya yaitu diharapkan bulan Juli-Agustus 2015 mendatang," jelasnya.
Setelah itu, lanjutnya, Komisi X melihat juga pendistribusiannya di bank, karena yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Kemdikbud RI yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI). Untuk BRI menyalurkan dananya kepada siswa SD, SMP, dan SMK. Sedangkan BNI hanya menyalurkan dananya ke SMA saja. "Ini kita lihat persiapannya," kata Ridwan.
Saat ditanya soal data dan kendala yang dialami bank dalam menyalurkan dana KIP, politisi Golkar ini mengatakan bahwa KIP yang dikelola oleh BRI dan BNI belum ada Rp 1 pun yang cair, karena memang belum ada dananya yang masuk ke bank, yang masuk baru data. Data itu pun menurut laporan, kurang lebih 28% data yang masuk dari kurang lebih 17,9 juta siswa yang akan diberikan di seluruh Indonesia.
"Sekarang ini sedang dalam proses pendataan di Kemendikbud, setelah data ini valid barulah dikirim ke bank untuk dicairkan dananya," ujar Ridwan seraya menambahkan jangan sampai pada saatnya bulan Juli-Agustus 2015 ini dananya cair kemudian ada datanya yang salah yang mengakibatkan siswa tidak mendapatkannya. "Kan kasihan siswa itu tidak jadi beli pakaian seragam sekolah, sepatu atau buku dan tas sekolah," pungkasnya.(iw)/foto:iwan armanias/parle/iw.