Polri dan TNI Harus Satu Visi dalam Pengamanan Aceh
01-04-2014 /
KOMISI III
"Menghadapi kasus penembakan ini memang perlu koordinasi, kekompakan ya. Harus satu visi antara aparat Polri dan TNI bagaimana melihat Aceh. Kalau kemudian visi saling berbeda memang repot," kata anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil saat dihubungi di Jakarta, Selasa (1/4/14).
Dari informasi yang diperolehnya senjata yang digunakan pelaku diduga merupakan sisa konflik dimasa lalu yang tidak diserahkan kepada aparat. Namun lanjut politisi Fraksi PKS ini tidak tertutup kemungkinan merupakan senjata baru yang diseludupkan dan lolos dari jaring petugas.
Ia juga mengkritisi kinerja intelejen yang gagal membaca kondisi yang mungkin terjadi. "Yang kita sayangkan kenapa kepolisian, terutama aparat intelijen bekerja intensif misalnya di daerah rawan seperti Bireuen, Aceh Timur, Pidie sehingga kemudian bisa mendeteksi potensi seperti ini. Akhirnya orang berfikir aparat keamanan dimana?" tandasnya.
Bagi wakil rakyat dari Daerah Pemilihan Aceh I ini serangkaian kasus penembakan menunjukkan pelakunya hafal sekali dengan situasi dan kondisi di Aceh. Apalagi tempat kejadian perkara bukan di pedalaman tetapi di jalan raya.
"Apakah ini ada masalah perseteruan antar kubu atau apapun namanya, sebagai warga negara mereka berhak untuk mendapat perlindungan dari negara," pungkas dia.
Kasus penembakan dengan senjata laras panjang AK-47 di Bireuen, Aceh terjadi Senin (31/3) malam. Sebuah mobil simpatisan Partai Aceh jadi korban, 3 penumpangnya meninggal, satu orang diantaranya anak berusia 1,5 tahun. Sebelumnya ditempat berbeda terjadi penembakan terhadap simpatisan dan pimpinan Partai Nasional Aceh. (iky)/foto:iwan armanias/parle.