Defisit Neraca Perdagangan Ganggu Nilai Tukar Rupiah

28-08-2013 / KOMISI VI

Dalam beberapa bulan terakhir, defisit neraca perdangan Indonesia sangan menggangu kekuatan nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah juga dipengaruhi faktor global seperti kebijakan yang diambil oleh bank sentral di negara-negara lain dan juga perbaikan pasar di Amerika.

Demikian mengemuka dalam rapat kerja Komisi VI dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Perndustrian MS Hidayat, Kadin, dan Apindo, Rabu (28/8). “Rapat kali ini terasa penting, karena terkait dengan kondisi perekonomian yang sedang bergejolak,” kata Airlangga Hartarto Ketua Komisi VI saat memimpin rapat.

Gejolak yang terjadi akibat melemahnya nilai tukar rupiah saat ini, tentu sangat berpengaruh pada stabilitas ekonomi, terutama meningkatnya inflasi. Komisi VI, kata Airlangga, ingin mengetahu langkah-langkah jangka pendek yang diambil pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan ini.

“Dari kebijakan yang dilakukan pemerintah ada beberapa hal yang patut menjadi catatan, yaitu kegiatan yang mendorong peningkatan ekspor antara lain kemudahan bagi industri di kawasan brikat untuk dapat meningkatkan ekspor 50%. Ini suatu hal yang perlu diapresiasi,” ungkap Airlangga.

Namun demikian, ada beberapa permintaan dari kalangan industri agar mendapat kemudahan pajak pertambahan nilai (PPN). Menurut Airlangga, PPN untuk bahan baku bila direstitusi masih memerlukan waktu dan juga memerlukan biaya bila dibandingkan dengan bahan baku impor. Padahal tahun 2015 kita sudah memasuki ASEAN Economy Community.

Sementara itu, Menperindag Gita Wiryawan, menjelaskan, tanggung-jawab kementeriannya bersama kementerian terkait dan BI adalah menjaga agar tingkat inflasi dapat dikendalikan pada kisaran 7%-8%. Pengurangan impor migas dan peningkatan konten bio diesel yang dilakukan oleh kementerian terkait dan dukungan dari Kemendag akan diukur dari indikator keberhasilan, yaitu impor bisa ditekan sekitar 4-8%.

Sementara neraca perdagangan, lanjut Gita, dapat dtekan pada kisaran USD 5-6 miliar selama tahun 2013. Mendag juga berharap, realitas ini bisa membuahkan surplus neraca perdagangan di tahun 2014 nanti. (mh)/foto:iwan armanias/parle.

BERITA TERKAIT
Komisi VI Dorong Himbara Bangun Ekonomi dari Bawah
22-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Erma Rinimenekankan pentingnya peran Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam membangun...
Penghapusan Tantiem Jangan Sampai Pengaruhi Kinerja BUMN
21-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Penghapusan tantiem di BUMN (Badan Usaha Milik Negara) disambut baik oleh Anggota Komisi VI DPR RI Ismail....
Mufti Anam Dorong Perbankan Dukung Pembiayaan UMKM Mitra Program MBG
21-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Aimah Nurul Anam meminta perbankan nasional lebih serius mendukung keberhasilan program...
Harga Gula dan Tetes Tebu Anjlok, Komisi VI Dengar Keluhan APTRI
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengadukan anjloknya harga gula dan tetes tebu kepada Komisi VI DPR...