Dubes Baru, Harapan Baru: Legislator Tekankan Diplomasi Ekonomi & Perlindungan WNI
Anggota Komisi I DPR RI Syahrul Aidi Maazat dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk “Dubes Baru, Harapan Baru: Upaya Memaksimalkan Diplomasi RI”, di Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (17/7/2025). Foto: Ata/vel
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi I DPR RI Syahrul Aidi Maazat menyoroti pentingnya peran duta besar (dubes) dalam mengembangkan diplomasi ekonomi yang berbasis kepentingan rakyat, khususnya sektor pertanian dan desa. Ia menegaskan, penempatan dubes ke depan harus berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Saya titip kepada para dubes agar membawa misi pemberdayaan masyarakat desa ke luar negeri. Banyak komoditas berbasis rakyat seperti daun-daunan dan hasil pertanian desa yang kini sudah bisa diekspor. Itu harus dikawal,” kata Syahrul dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk “Dubes Baru, Harapan Baru: Upaya Memaksimalkan Diplomasi RI”, di Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Ia menyampaikan bahwa Komisi I DPR RI baru saja menyelesaikan uji kelayakan dan kepatutan terhadap 24 calon dubes yang diajukan Presiden Prabowo Subianto. Penugasan para calon dubes tersebut mencakup berbagai negara strategis seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, serta sejumlah negara rawan konflik seperti Suriah dan Lebanon.
Dari total 24 calon dubes, mayoritas merupakan dubes karier, sementara sebagian kecil berasal dari kalangan politikus yang dinilai memiliki kompetensi diplomasi.
“Dubes itu bukan punya visi sendiri, mereka menjalankan misi Presiden. Tapi kita dorong agar mereka aktif membangun kerjasama, terutama di sektor perdagangan yang menyentuh langsung kehidupan rakyat,” ujarnya.
Syahrul menekankan pentingnya diplomasi dagang yang tidak hanya fokus pada komoditas besar seperti kelapa sawit atau karet, melainkan juga produk-produk pertanian rakyat. Ia menyoroti peran dubes di Eropa untuk melobi agar Uni Eropa tidak memboikot komoditas ekspor Indonesia secara diskriminatif.
“Dulu kita dijajah karena rempah-rempah. Sekarang kita masih punya kekayaan alam yang luar biasa. Tinggal bagaimana memanfaatkan ini sebagai kekuatan diplomasi,” tegasnya.
Ia juga menyambut baik langkah Presiden Prabowo dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, termasuk melalui pelibatan Kementerian Pertahanan dan pembentukan batalyon khusus untuk sektor pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pertanian Indonesia per Mei 2025 mencapai Rp50,12 triliun, naik 9,6% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan potensi besar pertanian dalam diplomasi ekonomi Indonesia.
Syahrul turut menyoroti perlunya penempatan dubes dan diplomat di negara konflik berdasarkan kesiapan mental dan psikologis. Ia mengingatkan agar seleksi tidak hanya mempertimbangkan kemampuan diplomasi formal, tetapi juga ketahanan pribadi untuk menghadapi risiko tinggi di negara tujuan.
“Kita dengar kasus di Lebanon, diplomatnya dipulangkan. Lalu bagaimana dengan nasib warga kita di sana? Dubes dan diplomat harus siap secara mental menghadapi situasi ekstrem,” tegasnya.
Ia menutup pernyataannya dengan harapan agar seluruh dubes yang ditugaskan tidak hanya menjadi simbol diplomatik, tetapi juga pelindung sejati warga negara Indonesia di luar negeri, termasuk bagi pekerja migran yang menghadapi persoalan hukum dan sosial. (ssb/aha)