Inovasi Kuliner Harus Dilakukan

07-05-2013 / KOMISI IV

Inovasi kuliner yang bersumber dari keragaman sumber pangan nasional harus dilakukan para petani nasional, bila tidak ingin kalah bersaing dengan produk asing. Apalagi, kelas menengah Indonesia kian meningkat jumlahnya. Mereka juga menuntut produk pangan dan kuliner yang berkualitas. Demikian disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI Siswono Yudo Husodo, baru-baru ini kepada Parlementaria.

“Antara tahun 2000 dengan 2011 itu, kelas menengah Indonesia meningkat dari sekitar 25% menjadi sekitar 40%. Ada peningkatan dari berpendapatan rendah ke pendapatan menengah. Mereka ini menuntut pangan yang lebih banyak dan kualitas pangan yang juga lebih baik,” ungkap Siswono.

Kelas menengah tidak lagi mengonsumsi makanan yang terlalu sederhana. Karena belum memenuhi selera kaum menengah, produk pangan nasional bisa ditinggal masyarakat Indonesia sendiri. Mereka bisa beralih ke produk impor. “Mereka tidak lagi makan makanan yang terlalu sederhana. Nah, itulah yang menjawab mengapa konsumsi buah-buahan impor kita demannya luar biasa.”

Di setiap pelosok daerah, lanjut Siswono, buah-buahan impor mendominasi. Sementara pada saat yang sama kualitas produk pangan kita tidak meningkat, memenuhi tuntutan selera masyarakat yang sudah tinggi. “Kita ambil contoh beberapa. Kita produksi apel di malang. Jujur harus kita katakan apel impor lebih baik. Kita memproduksi anggur di Bali utara. Dan anggur impor tetap lebih baik. Kita punya durian tetapi tidak homogen. Macem-macem rasanya, bisa manis, manis sekali, enak, bisa juga dingin,” tutur Siswono.

Sementara bila kita membeli durian bangkok semua rasanya sama. Durian bangkok jadi lebih populer di Indonesia dibanding varitas durian lokal. Sekali lagi selera masyarakat yang kian tinggi dan populasi penduduk juga yang kian meningkat, menuntut inovasi kuliner dari sumber pangan nasional yang lebih baik dan berkualitas.

“Kita tidak bisa lagi membiarkan saudara-saudara kita memakan jagung dan ubi apa adanya. Sudah menuntut sajian kuliner yang lebih baik. Jujur dari sisi kuliner ini, kita ketinggalan bila dibandingkan Korea Selatan. Masakan Korea itu sudah mendunia. Apalagi Jepang dengan sushimie, kobesteak, sabhu-sabhu. Kita bahkan, sudah tertinggal oleh Thailand. Thailand pun sudah mendunia. Kita masih tradisional, padahal kita kaya denga kuliner.” (mh) foto:ry/parle

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...