Kemeriahan dalam Kesederhanaan HUT ke-77 DPR

Deputi Administrasi Sekretariat Jenderal DPR RI Sumariyandono saat memberi sambutan dalam HUT ke-77 DPR RI di selasar Gedung Nusantara II, Senayan Jakarta, Senin (29/8/2022). Foto: Runi, Devi/Man
Bulan Agustus menjadi bulan yang bersejarah, sekaligus membahagiakan bagi bangsa Indonesia. Setidaknya dua hari bersejarah tercipta di bulan Agustus. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus, serta Hari Lahir Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) yang jatuh pada tanggal 29 Agustus 1945.
Dan hari ini, Senin (29/8/2022), DPR sekaligus MPR memperingati hari ulang tahunnya yang ke-77. Diawali dengan apel upacara seluruh pegawai dan karyawan di dua lembaga negara tersebut, dilanjutkan dengan serangkaian kemeriahan yang sarat akan rasa syukur.
Mewakili Sekretaris Jenderal DPR RI, Deputi Administrasi Sekretariat Jenderal DPR RI Sumariyandono mengungkapkan bahwa peringatan HUT DPR tahun ini sangat spesial. Pasalnya, setelah Setjen DPR nyaris menghentikan berbagai acara kemeriahan akibat pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir, dan di tahun ini DPR kembali menggelar berbagai acara meskipun digelar secara sederhana, dan masih terbatas dan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
“HUT DPR kali ini menjadi moment yang baik bagi seluruh jajaran di DPR dan MPR untuk bersyukur, bukan hanya karena bisa kembali menggelar acara kemeriahan peringatan hari ulang tahunnya. Namun juga bersyukur bahwa lembaga ini masih eksis, masih kuat, dan masih diberi kepercayaan penuh oleh rakyat dalam menjalankan berbagai fungsinya,” papar Sumariyandono, saat memberi sambutan dalam HUT ke-77 DPR RI di selasar Gedung Nusantara II, Senayan Jakarta, Senin (29/8/2022).
Dilanjutkan Dono, begitu Sumariyandono biasa disapa, HUT ke-77 DPR RI ini menjadi waktu yang tepat untuk intropeksi diri, apakah ke depan akan menjadi satu lembaga seperti yang kita cita-citakan bersama, yakni Parlemen yang modern. Intropeksi yang dimaksud ini tidak hanya meliputi kelembagaan, melainkan juga para pegawainya di kesetjenan.
Karena Setjen DPR sebagai supporting system dewan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang prima terhadap dewan. “Dan apakah pelayanan terhadap dewan ini sudah maksimal, atau perlu ditingkatkan lagi,” ungkap Dono.
Selain digelar upacara dan pengibaran sang saka merah putih, dalam rangkaian peringatan HUT DPR RI kali ini juga digelar potong tumpeng, tanda rasa syukur memasuki usia yang baru. Serta sejumlah acara hiburan dari berbagai kegiatan seni dan budaya di bawah naungan Korpri Setjen DPR RI, seperti lagu-lagu yang dibawakan oleh Band Parlemen, pembacaan puisi demokrasi yang dibawakan oleh perwakilan dari Komunitas sastra parlemen, serta tari-tarian oleh Komunitas Tari Parlemen.
Untuk diketahui hari lahir MPR/DPR RI ini terjadi beberapa pekan (lebih tepatnya dua belas hari) setelah Indonesia merdeka. Hal itu diawali dengan dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden Soekarno, tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta. Tanggal itulah yang kemudian dijadikan hari lahir MPR/DPR RI.
Namun sebelum itu, pada masa penjajahan Belanda, lembaga parlemen semacam DPR dinamakan Volksraad yang dibentuk pada 1918 oleh Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum. Dan di tahun 1942, ketika masa penjajahan berakhir, dan beralih ke Jepang, otomatis membuat Volksraad tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan kemerdekaan. Hingga pada akhirnya dibentuklah KNIP yang kemudian dijadikan sebagai hari lahir MPR/DPR RI. (ayu/aha)