Komisi X Dorong Museum jadi Pusat Kegiatan Belajar

Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih saat memimpin Tim Kunker Komisi X DPR RI mengunjungi Museum Negeri Sumatera Selatan, di Palembang, Sumsel, Jumat (17/12/2021). Foto: Arief/Man
Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih mengatakan Sumatera Selatan terkenal dengan kekayaan sejarah, salah satunya adalah Rumah Limas yang berada di Museum Negeri Sumsel. Oleh karena itu, Fikri mendorong agar museum bisa dijadikan pusat kegiatan belajar mengajar terutama terkait dengan sejarah.
"Saya ingin museum dikemas menjadi pusat kegiatan belajar mengajar tentang sejarah, seperti rumah Limas yang ada di Museum Negeri Sumsel," ucap Fikri saat memimpin Tim Kunker Komisi X DPR RI mengunjungi Museum Negeri Sumatera Selatan, di Palembang, Sumsel, Jumat (17/12/2021). Turut hadir mendampingi oleh Kadis kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Kepala Museum Negeri Sumsel, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumsel serta Kepala Balai Arkeologi Sumsel.
Fikri juga mengatakan dengan adanya museum ini, masyarakat bisa mengetahui banyak hal termasuk dari segi agama budaya dan etnis yang masuk di Sumatera Selatan. Dimana, terjadi akulturasi kebudayaan dengan masuknya pengaruh kebudayan dari luar seperti Tiongkok, Arab dan India.
"Keindahan pengaruh-pengaruh budaya ini tidak perlu kemudian dinilai negatif. Ini adalah kekayaan bahkan menjadi khas Sumatera Selatan. Kalau ada pengaruh Tiongkok, India, Asia dan Arab itu wajar karena di sini mereka berkembang. Bahkan Hindu, Buddha dan Arca-nya masih di dipertahankan," ujar Fikri.
Politisi Fraksi PKS ini juga menyarankan agar museum sebagai cagar budaya bisa memberikan narasi dan inovasi yang bagus agar pengunjung yang ingin mempelajari sejarah dan budaya. Hal tersebut sesuai dengan semangat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Budaya.
"Ini seharusnya perlu didiskusikan pada instansi terkait, agar masing-masing berusaha untuk berkontribusi dan memfasilitasi supaya budaya kita menjadi lestari kemudian terus berkembang. Jadi esensi dari kebudayaan itu inovasinya dan budayanya, bukan beban. Melainkan adalah investasi bahkan alat untuk kemajuan kita di masa yang akan datang," pungkasnya. (afr/es)