Komisi IV Mediasi Permasalahan PT. BTID dan Masyarakat Adat

20-09-2018 / KOMISI IV
Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI di Pimpin Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan melakuka kunjungan kerja spesifik ke Provinsi Bali.Foto :Azka/Man

 

Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI menggelar mediasi tentang pembangunan mulut kanal di Pantai Utara Serangan, Denpasar, Provinsi Bali antara pihak pengembang PT. Bali Turtle Island Development (BTID) dengan masyarakat adat Bali. Pasalnya, hingga kini berbagai penyelesaian tidak menemukan titik terang antar keduanya.

 

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan yang juga Ketua Kunspek ke Provinsi Bali menyebut bahwa sebenarnya masyarakat adat hanya mempermasalahkan pembangunan mulut kanal yang melewati akses masyarakat biasa melakukan kegiatan pensucian diri (melasti) dan juga melakukan kegiatan melaut.

 

“Masyarakat berharap kawasan wisata yang dibangun masih terbuka untuk masyarakat di sini, agar punya akses untuk nelayan dan beribadah. Mereka bukannya tidak setuju pembangunan kawasan wisata di daerah tersebut, tetapi penentuan titik-titik jembatan itulah yang akan menghubungkan antara daerah pariwisata dan daerah non pariwisata yang ditinggali oleh masyarakat,” jelas Daniel usai mediasi antara PT. BTID dengan masyarakat adat di Denpasar, Bali, Rabu (19/9/2018).

 

Politisi F-PKB itu mengatakan bahwa setelah pertemuan antara kedua belah pihak, sudah ada jalan keluar. Semula masyarakat yang ingin melaut atau melakukan kegiatan Melasti melewati kawasan wisata tersebut akan dibuatkan jembatan untuk melewati mulut kanal. Tinggal nanti akses menuju daerah wisata yang dibentuk jembatan. “Tinggal dimusyawarahkan dalam suatu poin-poin kesepakatan. Dalam konsep nelayan, kalau mereka tidak bisa mengakses sebagian wilayah, apa kompensasinya. Jadi hal-hal itu saja  yang dipastikan,” imbuhnya.

 

Daniel menambahkan bahwa pihak pengembang harus bisa memastikan, jika ini terbangun dengan baik, masyarakat tidak tersingkir, dan pendapatan masyarakat semakin baik. Pada titik-titik tertentu yang memang nelayan sudah tidak bisa mengakses lagi, ada konpensasi dalam bentuk tempat untuk mereka berjualan. Ia pun berharap pembangunan daerah wisata tidak menggerus pendapatan masyarakat, namun justru harus meningkatkannya.

 

“Jangan sampai pembangunan ini tidak berjalan, karena konstruksi pembangunan saat ini sudah menutup akses masyarakat yang ingin melaut. Tentu ini akan terus kita kawal proses pembangunannya hingga selesai,” tutup politisi dapil Kalimantan Barat itu. (azk/sf)

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...