Perbaiki Kinerja Ekonomi, Potensi Kuatkan Rupiah

02-05-2018 / KOMISI XI
Wakilo Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir. Foto: Jaka/jk

 

 

Pemerintah diimbau memperbaiki kinerja ekonomi untuk kembali menguatkan nilai tukar rupiah ke posisi ideal. Namun, sejauh ini Bank Indonesia pun belum memberi sentimen positif terhadap iklim investasi, sehingga rupiah masih tertekan. Demikian hal itu diungkapkan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir dalam wawancaranya kepada Parlementaria melalui sambungan telepon, Rabu (2/5/2018).

 

“Pemerintah harus memperkuat kinerja ekonomi domestik karena sebagian besar yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah fundamental ekonomi. Kemudian, pengusaha terutama yang memiliki utang luar negeri diharapkan segera melakukan hedging karena fluktuasi kurs dapat membuat risiko gagal bayar utang valas meningkat,” kata Hafisz.

 

Di sisi lain, BI masih menahan bunga acuan di 4,25 persen, sehingga belum memberikan sentimen positif bagi investor. Apalagi kebijakan moneter juga masih penuh kehati-hatian. Politisi PAN ini pun memprediksi pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2018 tidak akan mencapai 5,1 persen.

 

“Hal ini disebabkan konsumsi rumah tangga masih melemah. Terbukti dari indeks keyakinan konsumen dan data penjualan ritel yang turun pada triwulan I. Sentimen ini membuat pasar cenderung pesimis,” ungkap Hafisz.

 

Dia menyerukan agar ekonomi domestik mempersiapkan pasokan dolar untuk memitigasi risiko kurs dolar yang semakin mahal. Cadangan devisa pastinya akan terus tergerus untuk stabilitas nilai tukar. BI tidak bisa mengandalkan cadangan devisa sebagai satu-satunya instrumen untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

 

Sementara ketika ditanya mengapa hegemoni dolar begitu kuat atas mata uang global, mantan Ketua Komisi VI DPR RI ini menjawab, dolar mendominasi kapital dunia karena cengkraman dolar AS telah kuat sejak dahulu kala dengan memainkan peranan sebagai alat pembayaran ekspor-impor barang dan modal di hampir sebagian besar negara-negara dunia. “Ini yang menyebabkan hegemoni dolar AS sangat kuat,” tandasnya. 

 

Ditambah lagi, ekonomi AS adalah yang terbesar di dunia. PDB nominalnya tercatat lebih dari 15,8 triliun dolar AS pada tahun 2012, yang merupakan seperempat dari  PDB dunia. Selain itu, AS  memiliki pasar finansial terbesar dan paling berpengaruh di dunia. “Sekitar 60 persen cadangan mata uang global diinvestasikan dalam dolar AS. Sementara 24 persennya diinvestasikan dalam Euro. Bursa Efek New York juga bursa efek terbesar di dunia,” urainya panjang lebar.

 

Dengan kekuatan ekonomi sebesar itu, sambung Hafisz, spekulasi kenaikan bunga Fed, akan menarik investor untuk memborong dolar. Pada akhirnya dolar menguat terhadap semua mata uang di dunia. (mh/sf)

BERITA TERKAIT
Lonjakan Kenaikan PBB-P2 Dampak Pemangkasan DAU dan Tuntutan Kemandirian Fiskal
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi XI DPR RI Amin Ak menyoroti lonjakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)...
Pidato Ambisius Presiden Harus Menjadi Nyata, Realistis, Terukur, dan Berpihak kepada Rakyat Kecil
18-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Hanif Dhakiri mengatakan, pihaknya mendukung penuh target ekonomi Presiden Prabowo 2026...
Ekonomi Global Tak Menentu, Muhidin Optimistis Indonesia Kuat
15-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Makassar - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi global yang utamanya dipicu konflik di berbagai belahan dunia,...
BI Harus Gencar Sosialisasi Payment ID Demi Hindari Misinformasi Publik
14-08-2025 / KOMISI XI
PARLEMENTARIA, Balikpapan — Peluncuran Payment ID sebagai identitas tunggal transaksi digital terus disorot. Meskipun batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025...