Impor Kakao Terjadi Karena Produksi Dalam Negeri Rendah

22-02-2018 / KOMISI IV
Tim Kunker  Komisi IV DPR RI dipimpin Wakil Ketua Roem Kono meninjau Program Intensifikasi Perkebunan Kakao di Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah/Foto:Naefurodji/Iw

 

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Roem Kono menyayangkan masih tingginya angka impor komoditi kakao akibat penurunan produksi dari perkebunan petani dalam negeri. Hal ini diutarakan Roem Kono saat dirinya memimpin Tim Kunjungan Kerja  Komisi IV DPR RI meninjau Program Intensifikasi Perkebunan Kakao di Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Senin (19/2/2018).

"Jika melihat luas lahan perkebunan kakao yang kita miliki mencapai jutaan hektar, seharusnya impor komoditi kakao tidak perlu terjadi. Kita bahkan seharusnya yakin bisa wujudkan swasembada kakao," ungkap Roem optimis.

Politisi Golkar ini menengarai masalah serangan hama PBK menjadi salah satu faktor penyebab turunnya produktivitas perkebunan kakao para petani, dan ini harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah serta berbagai pihak terkait untuk segera menanggulanginya.

"Bupati, Kadis Perkebunan, Perwakilan dari Pupuk Kaltim dan juga BUMN Sang Hyang Seri yang menyediakan bibit unggul harus sinergi untuk memenuhi kebutuhan para petani sehingga tercapai peningkatan produksi kakao melalui program intensifikasi," pinta Roem Kono.

Bupati Sigi Mohammad Irwan yang ikut mendampingi kunker tersebut menjelaskan bahwa Intensifikasi Kakao oleh Gapoktan Harapan Jaya di Kabupaten Sigi merupakan salah satu kabupaten yang menjadi target lokasi Program Intensifikasi Kakao di Provinsi Sulawesi Tengah, karena terletak di dekat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu yang menjadi lokasi industri pengolahan kakao.

Sementara Dirjen Perkebunan Kementan Bambang yang mendampingi Tim Komisi IV DPR, memaparkan bahwa dalam program intensifikasi, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah memilih para petani kakao yang memiliki lahan kakao dengan umur tanaman yang masih relatif muda dan produktif.

"Para petani diberikan sejumlah bantuan seperti pupuk dan obat-obatan herbisida serta pendampingan dalam melaksanakan intensifikasi tersebut," jelas Bambang.

Program intensifikasi yang sudah dimulai sejak tahun 2015 ini memiliki target peningkatan produktivitas kakao Provinsi Sulawes Tengah dari rata-rata 1 ton/hektar menjadi 1,5 - 2 ton/hektar, mulai tahun 2016," tutupnya. (oji/sc)

 

 

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...