Pengawasan Lapas Lemah, DPR Evaluasi Kinerja BNNP Bali

13-03-2017 / KOMISI III

Lemahnya pengawasan di Lapas Kerobokan Bali mengakibatkan peredaran narkoba masih ditemukan di dalam lapas. Sudah menjadi pengetahuan umum, Lapas Kerobokan ini merupakan 1 dari 39 tempat sumber bisnis narkoba di Indonesia dan menjadi salah satu dari 72 jaringan internasional.

 

"Ketika kami meninjau Lapas Kerobokan, sebenarnya areanya tidak terlalu luas, tapi kenapa  kecolongan dan kebobolan terus. Kami akui memang rasionya tidak masuk akal,  sekitar 1.800 tahanan hanya diawasi sekitar 30 petugas dan kapasitasnya hanya 300 sel atau kamar, ini menjadi persoalan pelik juga," kata Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo saat rapat dengan Kapolda dan Kepala BNNP Bali dalam rangkaian acara Kunker di Bali, Jum'at (10/3).

 

Kemudian, sambung Bamsoet-panggilan akrab Ketua Komisi III DPR ini, ia menyarankan agar Kepala BNNP dan Polda Bali berkoordinasi dgn Kemenkumham untuk melakukan  pengawasan yang lebih ketat lagi agar peredaran narkoba tidak lebih meluas.

 

"Kepala BNNP Bali fokus saja dengan pencegahan narkoba di lapas, jika kami masih mendengar lagi  ada bandar-bandar dalam lapas, selain kegagalan Kumham berarti ini juga menjadi kegagalan Kepala BNNP,"tekan Politisi F-Golkar itu.

 

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmon J Mahesa mengatakan masih beredarnya narkoba di dalam Lapas karena lemahnya pengawasan keluar masuk orang atau tamu. Hal itu juga diungkapkan oleh Kepala BNN saat raker di Jakarta.

 

"Pasti ada peran aparat terhadap lalu lintas keluar masuknya orang oleh petugas lapas. Ada tuntutan wacana yang dilempar Pak Buwas, BNN mau masuk melakukan  pengawasan, pertanyaan saya BNNP sendiri sudah beres atau belum. Karena peredaran narkoba sumbernya kan pasti dari luar, berarti peran BNNP dan Dir Narkoba  yang tidak bisa mencegah barang dari luar masuk," ungkap Politisi F-Gerindra itu.

 

Kepala BNNP Bali, I Putu Gede Suastawa menyatakan, sebulan sekali pihaknya  melakukan sweeping ke dalam Lapas Kerobokan, dan selalu menemukan barang bukti sabu-sabu, sound system, hp, dan kelengkapan lainnya.

 

Ia mengakui, memang pengawasan di Lapas masih lemah, di luar pihaknya bekerja keras dengan Polda, dan di dalam menekan agar barang-barang tidak bisa masuk. Dari hasil pemeriksaan pengembangan kasus-kasus hampir 30 persen akhirnya bermuara juga ke lapas , ada juga beberapa yang dijadikan  tersangka untuk diproses hukum.

 

"Inilah kerja keras yang harus kita  lakukan secara bertahap, hasil penangkapan dari bulan Januari sampai Maret sangat besar. Di luar masih banyak beredar, dari data yang ada  sebanyak 61.353 orang di Bali adalah penyalaguna narkoba,"tutupnya. (jk,mp) Foto: Jaka/od.

BERITA TERKAIT
Legislator Nilai Penegakan Hukum Meningkat, Dorong Transparansi & Perlindungan Masyarakat
15-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Bimantoro Wiyono, menilai penegakan hukum di tanah air telah menunjukkan perkembangan signifikan,...
Vonis Mati Kompol Satria dalam Kasus Narkoba Momentum Reformasi di Internal POLRI
14-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Gilang Dhielafararez menilai putusan vonis mati terhadap mantan Kasatreskrim Polresta Barelang, Kompol Satria...
Anggota Komisi III: Jangan Hilangkan Kesakralan HUT RI karena Polemik Bendera One Piece
07-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, meminta semua pihak untuk mengedepankan paradigma konstruktif dalam menyikapi polemik pengibaran...
Libatkan Tim Ahli Independen dan Akuntabel dalam Audit Bukti Kasus Kematian Diplomat Muda
05-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi III DPR RI Gilang Dhielafararez mendorong agar ada audit forensik digital terhadap seluruh bukti CCTV...