DPR Perlu Bentuk Pansus Pengawasan TKA

23-12-2016 / KOMISI III

Anggota Komisi III DPR Erma Suryani Ranik menyatakan, dalam kunker ke Sulawesi Selatan kali ini  sengaja menanyakan apakah problem Tenaga Kerja Asing (TKA)  juga terjadi di daerah ini. Pasalnya, Makassar sebagai ibukota Sulsel adalah pintu gerbang  untuk Indonesia Timur.

 

“Di Kalbar banyak kerja perusahaan maupun pemda yang melakukan kerjasama dengan Tiongkok yang paket pekerjaannya ditangani TKA. Namun yang saya saya herankan ternyata TKA itu bukan semuanya skill workers tapi kelas pekerja kasar atau bangunan,” katanya di sela-sela kunker di Makassar, Selasa (20/12) lalu.

 

Melihat kondisi itu, Erma mendorong supaya DPR membentuk Pansus pengawasan TKA, tidak hanya dari Tiongkok tapi juga negara lain. Khusus TKA Tiongkok, kedatangannya ke Indonesia begitu massif dan tinggal di sejumlah daerah di Indonesia.

 

Dengan Pansus, kata politisi Partai Demokrat ini, maka anggotanya bisa lintas komisi dan masalahnya dibahas lintas kementerian. “Kalau ini dibiarkan, saya tak mau Indonesia mengalami seperti negara Afrika yang bisa dicek melalui  TV Intenational Geografic, karena ada paket pekerjaan yang begitu dalam dengan kerja sama ada orang-orang Tiongkok di pasar tradisional Afrika mereka jualan ayam.  Nanti orang kita dapat pekerjaan apa,” tandas Ranik.

 

Ia juga menanggapi adanya  orang Tiongkok yang  tanam cabai di Puncak, mereka datang bukan visa pekerja tapi turis. Ini dampaknya luar biasa.  “Pembentukan Pansus TKA sudah mendesak, jangan sampai kehadiran pekerja Tiongkok ini kian merajalela dan meresahkan bangsa kita sendiri,” tekan dia.

 

Dia menambahkan, banyak TKA Tiongkok ini datang dengan visa turis atau karena bebas visa, dengan seenaknya bisa tinggal dan melakukan aktivitas bisnis dan bisa mengambil alih pekerjaan yang mestinya dinikmati orang Indonesial.

 

Menurut anggota Dewan dari Dapil Kalbar ini,  Komisi III sudah memiliki Panja pengawasan orang asing, dan sudah jalan ini. “Saya berharap Panja bisa ditingkatkan menjadi Pansus. Imigrasi hanya salah satu saja unsur persoalan besar. Leading sectornya bukan di imigrasi, di Kemenristek karena kerja sama teknologi, Kemenneg BUMN terkait kerja sama G to G serta ada juga Kemendikbud,” pungkasnya.(mp)/foto:mastur/iw.

BERITA TERKAIT
Legislator Nilai Penegakan Hukum Meningkat, Dorong Transparansi & Perlindungan Masyarakat
15-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Bimantoro Wiyono, menilai penegakan hukum di tanah air telah menunjukkan perkembangan signifikan,...
Vonis Mati Kompol Satria dalam Kasus Narkoba Momentum Reformasi di Internal POLRI
14-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi III DPR Gilang Dhielafararez menilai putusan vonis mati terhadap mantan Kasatreskrim Polresta Barelang, Kompol Satria...
Anggota Komisi III: Jangan Hilangkan Kesakralan HUT RI karena Polemik Bendera One Piece
07-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, meminta semua pihak untuk mengedepankan paradigma konstruktif dalam menyikapi polemik pengibaran...
Libatkan Tim Ahli Independen dan Akuntabel dalam Audit Bukti Kasus Kematian Diplomat Muda
05-08-2025 / KOMISI III
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi III DPR RI Gilang Dhielafararez mendorong agar ada audit forensik digital terhadap seluruh bukti CCTV...