Pemerintah Harus Hadir Atasi Pergulaan Nasional

30-03-2016 / KOMISI VI

Pemerintah harus segera hadir dalam mengatasi masalah pergulaan nasional. Yakni dengan menetapkan harga gula yang mengacu pasar internasional  atau  memberikan instruksi kepada PT.Perkebunan Nusantara dengan membeli hasil panen para petani tidak kurang dari harga Rp 9000,00/kg.

 

" Permasalahan kurangya produksi Gula Kristal Putih (GKP) Nasional tidak kunjung selesai, saya perhatikan dari tahun 2000 sampai tahun 2016 tidak ada kenaikan, apalagi kalau kita berbicara swasembada gula masih jauh dari harapan" kata Anggota Komisi VI Abdul Wachid bersama Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR saat rapat kerja dengan PT.Perkebunan Nusantara dan PT. RNI di Hotel Gumaya, Semarang, Selasa (29/3).

 

Menurut data yang dipaparkan PT. PN, lanjut Wachid, produksi GKP Nasional pada tahun 2016 baru mencapai 2,78 juta/ton, sedangkan kebutuhan GKP Nasional 2,98 juta/ton, masih defisit 193 ribu/ton.

 

Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab belum tercukupinya kebutuhan gula nasional.Antara lain, Pemerintah mengeluarkan izin impor gula rafinasi yang terlalu banyak, hal ini mengakibatkan gula lokal kalah bersaing.

 

Faktor berikutnya, kata Wachid, kondisi cuaca pada tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami kekeringan yang panjang, sehingga tanaman tebu banyak yang mati. " Saya akui memang cuaca juga menjadi faktor kendala, tapi seharusnya bisa diatasi, karena saat ini sudah zamannya teknologi. Jika ini menjadi penghambat, Komisi VI siap membantu"  tekan politisi F-Gerindra itu.

 

Selain itu, rendemen saat ini masih 7 persen, kalah jauh dengan Thailand, harga jualnya saja Rp.6000. Jika dihitung memang lebih murah gula impor dibanding produksi sendiri.Karenanya pemerintah memberikan keleluasaan izin impor terhadap gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

 

Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi VI, Eriko Sotarduga mengatakan, jika berkaca pada pertanian tebu di Australia, dengan peralatan yang tidak jauh beda dengan PT.PN dan PT.RNI, mereka mampu memproduksi 100 ton/hektar dengan rendemen 9-12 persen.

 

" Jadi sebenarnya kita juga bisa seperti Australia, kalau memang ada pada permasalahan dana, sekarang sudah banyak Bank BUMN yang bisa mencover hal itu. Atau jika pabriknya sudah tua, kalau perlu kita bangun yang baru" ungkap politisi F-PDIP itu.

 

Dirut PT.PN XI, Dolly P Pulunga membenarkan masalah anomali cuaca, jumlah tebu yang akan dikeloka kemungkinan akan turun sekitar 20-25 persen. Untuk mengatasi hal itu,  pihaknya akan menggunakan teknologi mekanisasi speeding up kualitas, diharapakan off farm meningkat dengan target 1,5 jt ton.

 

Dirut PT.PN III, Bagas Angkasa menjelaskan solusi permasalahan pergulaan nasional, menurutnya, perlu adanya perhitungan proyeksi kebutuhan gula nasional secara tepat (konsumsi langsung dan industri) bersama-sama antara Kementerian terkait (Perdagangan, Pertanian, dan BUMN).

 

Selain itu, perlu dibuat kartu petani tebu rakyat untuk memudahkan pengawasan dan peningkatan pelayanan terhadap petani tebu rakyat di wilayah kerja pablik gula.

 

" Kami juga mengharapkan pengawasan dan sanksi tegas terhadap produsen gula rafinasi, agar gula rafinasi tidak merembes langsung ke pasar, sehingga tidak menjatuhkan harga GKP" jelasnya.

 

Hadir dalam pertemuan tersebut, Direksi PT.PN II, PT.PN VII, PT.PN IX, PT.PN X, PT.PN XII, PT.PN XIV, dan PT.RNI.(jk,mp), foto : jaka/hr.
 

BERITA TERKAIT
KAI Didorong Inovasi Layanan Pasca Rombak Komisaris dan Direksi
15-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan menyambut baik pergantian Komisaris dan Direksi PT Kereta Api Indonesia...
Puluhan Ribu Ton Gula Menumpuk di Gudang, Pemerintah Harus Turun Tangan
11-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan menyoroti kondisi sejumlah gudang pabrik gula di wilayah Situbondo dan...
Koperasi Merah Putih adalah Ekonomi yang Diamanahkan Oleh Founding Fathers Kita
06-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta– Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih didorong oleh kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa melalui pendekatan ekonomi kerakyatan yang...
Legislator Kritik PLN yang Utang 156 M Setiap Hari
05-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam menyoroti soal lonjakan utang PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau...