Sejumlah Komoditi Alami Kurang Pasokan
Ketua Komisi IV DPR Edhi Prabowo mengemukakan, meskipun capaian produksi pangan strategis mengalami kenaikan pada tahun 2015, namun jika dibandingkan dengan neraca kebutuhan, masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami defisit, atau kekurangan pasokan.
Ketika memimpin Raker dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman Senin (25/1), Edhi Prabowo menegaskan, selain komoditas beras, cabai dan bawang merah yang mengalami surplus, masing-masing 10,25 juta ton, 52 ribu ton, dan 199,8 ribu ton, juga masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami defisit antara lain jagung sebesar 411 ribu ton, kedelai sebesar 1.527 juta ton, gula pasir 25,6 ribu ton, dan daging sapi 45,7 ribu ton.
“ Ini harus segera diatasi agar tidak menghambat upaya Pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat,” tegasnya.
Komisi IV DPR mengkritisi antara lain program pengembangan serta rehabilitasi jaringan irigasi dan embung, optimalisasi lahan, alat dan mesin pertanian, serta pengembangan dan penyaluran bibit unggul yang belum tercapai.
Hal lain, yang juga seperti terkait permasalahan kapal pengangkut ternak. Bahwa kapal pengangkut ternak sebanyak dua kali datang dari NTT ke DKI Jakarta tanpa membawa ternak sapi. Sehingga muncul pertanyaan, sejauh mana efektifitas pelaksanaan kebijakan tersebut, mengingat harga daging sapi di tingkat konsumen masih tinggi yaitu Rp.110-150 ribu per kilo gram.
Oleh karena itu, Komisi IV DPR minta kepada Menteri untuk menangani dan membenahi permasalahan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Komisi IV DPR juga ingin mengetahui mengenai realisasi serapan anggaran tahun 2015 dan rencana kerja serta DIPA Kementerian Pertanian tahun anggaran 2016.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengemukakan, yang mempengaruhi serapan anggaran Kementerian Pertanian TA 2015 antara lain karena ketidak siapan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program-program kegiatan.
Terjadinya kegagalan pelelangan atau pelelangan ulang, kata Mentan, mengakibatkan kontrak tidak terlaksana, serta kelambatan pelelangan melalui ULP Daerah. Selain itu adanya pergeseran musim tanam sehingga kegiatan tidak sepenuhnya pada akhir tahun anggaran, juga terdapat keragu-raguan Daerah dalam pelaksanaan pengadaan karena aspek hukum.
Tekait dengan ketersediaan pangan utamanya beras, berdasarkan perhitungan ARAM II BPS tersebut produksi padi 74,99 juta ton GKG diperoleh ketersediaan beras sebesar 43.61 juta ton.
Dibandingkan kebutuhan pangan dan non pangan beras secara nasional sebesar 33,35 juta ton, maka terdapat surplus beras sebesar 10,26 juta ton. Angka tersebut sering diragukan beberapa pihak, namun kita harus tetap mempunyai acuan BPS sebagai lembaga resmi pemerintah.
Sampai dengan saat ini beras impor masih berada di gudang Bulog dan belum disalurkan. Hal ini menunjukan bahwa beras impor tersebut masih merupakan cadangan beras nasional dan belum dikonsumsi. Diperkirakan kebutuhan beras secara nasional masih dapat tercukupi dari produksi nasional.(spy/mp)/foto:naefurodji/parle/iw.