Komisi IV Apresiasi Mina Padi Sayegan Percontohan Internasional
Tim Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi IV DPR meninjau langsung Kelompok Tani Mina Padi di Sayegan, Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Keberhasilan menerapkan pola mina padi — menanam padi dan ikan pada lahan dan waktu bersamaan, telah menarik perhatian petani dari 16 negara untuk melakukan studi banding.
“Kita cukup bangga petani Sayegan, Sleman dilirik oleh petani dari negara lain karena berhasil menerapkan metode Mina Padi. Ini perlu ditularkan kepada petani di daerah lain, karena bisa mendukung upaya swasembada beras dan swasembada protein,” kata Ketua Tim Kunker Siti Hediati Soeharto saat berdialog dengan petani dan penyuluh, Sabtu, (19/12/15).
Menurut Titik begitu ia biasa disapa, dari segi kualitas padi, hasil panen yang didapat dapat disamakan dengan padi organik. Hal ini lantaran selama proses tanamnya, sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia, karena pupuk kimia dapat mengganggu budidaya ikannya. Pupuk yang digunakan merupakan sisa dari makanan ikan dan kotoran ikan yang berada di satu lahan dengan padi. Pupuk kimia hanya digunakan saat penyemaian padi, selebihnya menggunakan pupuk organik.
Bicara pada kesempatan yang sama anggota Tim Kunker Ichsan Firdaus (FPG) mengingatkan agar metode Mina Padi jangan hanya berlangsung ketika Badan Pangan PBB FAO memberikan dukungan pada program ini. Pemerintah perlu mengkaji bagaimana agar keberhasilan seperti ini bisa berkesinambungan.
Politisi dari Fraksi Partai Golkar ini juga mencermati rendahnya luas kepemilikan lahan petani di Sleman. “Tadi sempat saya hitung pakai kalkulator lahan yang digarap untuk progam Mina Padi ini mencapi 25 hektar, jumlah petani yang terlibat ada 175 orang, apakah hasil panennya cukup untuk menyejahterakan petani?” tanya dia.
Menurutnya hasil penelitian menunjukkan petani baru memperoleh keuntungan yang layak dari usaha taninya apabila memiliki lahan minimal 2 hektar. Baginya masalah ini harus jadi pekerjaan rumah pemerintah dan DPR agar dapat membantu petani memiliki lahan yang cukup.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemprov DIY Andung Prihadi membenarkan kepemilikan lahan petani Sleman memang sangat rendah. Berdasarkan Sensus Pertanian 2013 sebanyak 96 persen petani Sleman hanya menguasi lahan kurang dari setengah hektar.
Ia menyebut dengan mengoptimalkan metode Mina Padi dan didukung oleh tim penyuluh pertanian yang handal upaya meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani di wilayah ini secara bertahap dapat dilakukan. Sebagai gambaran menurutnya dengan pola ini panen untuk 1 hektar lahan ialah 2,5 ton ikan dan 8,8 ton gabah kering. Sementara pertanian konvensional hanya berkisar 2 ton ikan dan 6,5 ton gabah. (iky) Foto: Ical/Parle/tt