Komisi IX Peroleh Temuan Penting di Kalbe Farma

20-02-2015 / KOMISI IX

Kunjungan investigasi Komisi IX DPR RI ke PT Kalbe Farma produsen obat anestesi Buvanest Spinal dengan nomor batch 630077, berhasil memperoleh sejumlah temuan penting. Hal tersebut akan menjadi catatan sebelum komisi yang membidangi masalah kesehatan ini dapat mengurai persoalan dibalik meninggalnya dua pasien di RS Siloam Tanggerang setelah diinjeksi obat ini.

 

“Masih terlalu dini untuk menentukan siapa yang bersalah atas peristiwa meninggalnya dua pasien RS. Siloam, Karawaci. Namun Kami punya temuan, catatan-catatan penting yang kami dapatkan dari investigasi langsung kami hari ini ke PT Kalbe Farma,” jelas anggota Komisi IX Rieke Dyah Pitaloka usai kunjungan di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (20/1/15).

 

Politisi FPDIP ini mengungkapkan penarikan Buvanest Spinal 4 ml dari pasaran bukan menjadi bukti adanya masalah atau kesalahan di pihak produsen. Ada dugaan Buvanest Spinal 4 ml Mixed up (tercampur atau tertukar) dengan asam traneksamat yang merupakan injeksi untuk mengurangi pendarahan, namun dia tidak ingin menduga-duga atau berasumsi dalam menangani kasus tersebut, perlu pendalaman lebih lanjut.


 
Terkait dengan sudah ditariknya batch Buvanest Spinal dan dua batch asam traneksamat dari peredaran di seluruh Indonesia oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), Rieke mengatakan hal itu bukan menjadi sebuah jawaban siapa yang bersalah atas kasus tersebut. 

 

“Saya tidak ingin menduga-duga atau berasumsi atas kasus ini. Sejauh ini kami juga belum menerima laporan resmi dari BPOM, namun jika kemudian ada penarikan larutan injeksi Buvanest Spinal 4ml dari pasaran hal itu bukan serta merta ada masalah di injeksi Buvanest Spinal 4 ml itu, itu bagian dari SOP. Mohon kesabaran dari semua pihak untuk penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus ini,” ungkapnya. 

 

Rieke menjelaskan sudah menjadi SOP (Standard Operating Procedure) kalau sebuah obat atau injeksi diduga menimbulkan sesuatu yang beresiko tinggi, itu memang harus dihentikan terlebih dahulu produksinya, ditarik kembali produksinya untuk sementara waktu guna diteliti dan ditinjau lebih jauh lagi akar permasalahannya. (Ayu)

BERITA TERKAIT
Program MBG Jangkau 20 Juta Penerima, Pemerintah Harus Serius Jawab Berbagai Keluhan
18-08-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menanggapi pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Tahunan MPR 2025...
Nurhadi Ungkap Banyak Dapur Fiktif di Program MBG, BGN Diminta 'Bersih-Bersih’
14-08-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi menemukan adanya 'dapur fiktif' dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG),...
Kunjungi RSUP, Komisi IX Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan di NTT
13-08-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Kupang - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menyampaikan apresiasi atas pengelolaan RSUP dr. Ben Mboi Kupang...
Komisi IX Tegaskan Pentingnya Penyimpanan Memadai di Dapur MBG
13-08-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Gorontalo - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, menilai bahwa tidak semua dapur Makan Bergizi Gratis (MBG)...