Tantangan Dirut Pertamina Yang Baru
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan dikabarkan mundur dari jabatannya per 1 Oktober, karena akan mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Banyak pihak mempertanyakan kemunduran wanita yang telah menjabat Dirut perusahaan plat merah selama 6 tahun ini.
Namun, anggota Komisi VII Satya Widya Yudha menilai, kemunduran seorang Dirut itu sudah hal yang lumrah. Walapun banyak yang menilai agak ganjil. Satya justru malah melihat sisi, siapa calon Dirut yang akan menggantikan Karen.
“Dilihat dari kinerja ekonomi dan keuangan, Pertamina dibawah kepemimpinan Karen ini sudah cukup baik. Tapi kalau dari sisi kegiatan hulu migas masih sangat kurang, dan receive replacement ratio dari Pertamina masih jauh dari harapan,” nilai Satya, ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (28/08).
Selain itu, tambah Politisi Golkar ini, Withdrawal rate atau laju pengurasan sumur masih jauh dari harapan. Hal ini menjadi tugas dari Dirut Pertamina yang baru. Dan Dirut yang baru harus bisa mengembalikan kejayaan Pertamina di sektor hulu.
“Kita terlalu sibuk dengan rumor berbagai alasan kemunduran Karen. Tapi lupa bahwa Dirut penggantinya harus menghadapi berbagai tantangan ke depannya,” ujar Satya.
Soal rumor yang beredar mundurnya Karen karena kenaikan harga elpiji, Satya menilai ini tidak ada hubungannya. Pasalnya, kenaikkan harga elpiji sudah berkali-kali dilakukan.
“Ketentuan menaikkan harga elpiji kan harus holistik, karena kita masih mempunyai elpiji yang bersubsidi. Siapapun Dirutnya, tidak boleh semena-mena menaikkan harga elpiji. Karena ini satu komoditas dua harga, berbeda kebijakannya. Alasan karena kenaikan harga elpiji terlalu mengada-ada,” ujar Satya.
Politisi asal Dapil Jawa Timur ini berharap, Dirut baru Pertamina dapat menghadapi tantangan Pertamina ke depan, sehingga dapat mengembangkan salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia ke arah yang lebih baik. (sf)/foto:iwan armanias/parle/iw.