Milton Pakpahan Harapkan Karen Tetap Beri Warna Kebijakan Energi Nasional

19-08-2014 / KOMISI VII

Ketua Komisi VII DPR Milton Pakpahan mengharapkan meski Karen  Agustiawan mundur dari Dirut PT Pertamina, tetapi  tetap ikut memberi warna kebijakan dunia energy khususnya migas di Indonesia ke depan. Pasalnya, selama enam tahun menjabat Dirut Pertamina telah berprestasi membawa perusahaan minyak itu ke jajaran World Class Company,  masuk dalam jajaran 500 perusahaan terkemuka di dunia. Prestasi yang membanggakan bangsa.

Ketika diminta tanggapannya sebelum mengikuti Sidang Paripurna DPR Selasa (19/8), Milton menilai Karen Agustiawan sangat berprestasi meski bukan orang dalam perusahaan itu, sehingga sebelumnya banyak yang menyangsikan.

Meski demikian ia menyatakan mundurnya Karen,  sedikit surprise dan mengagetkan. “Rupanya sesuai schedulenya akan mengajar di Universitas Harvard. Kalau nggak diambil, kesempatan ini akan hilang. Itu adalah hak privasinya dan kita hormati karena akan memberi kesempatan kepada  yang lebih muda,” tutur Milton.

Saat ditanya apakah sikap Karen itu karena tekanan,  Milton mengatakan kalau dikaitkan dengan kebijakan itu normative sifatnyaSemua Dirut Pertamina punya dilema dalam menentukan posisi, di satu sisi harus bertanggungjawab kepada perusahaan PSO (public service obligation) dan disisi lain harus menjalankan bisnis korporasiDua hal yang harus diseimbangkan,  dan ini telah dijalani dengan baik  oleh Karen.

Saya juga bangga karena saya adik kelas di ITB, sama-sama di teknik fisika. Saya juga pernah di Pertamina. Semoga itu menjadi jalan terbaik bagi Karen masuk ke kelas internasional,” kata Milton yang juga politisi Partai Demokrat.

Lebih lanjut Milton mengatakan, kalau alasan pengunduran Karen karena soal kenaikan Elpiji, Milton mengatakan Elpiji ada dua macam, yang subsidi dan non subsidi. Yang 12 dan 50 kg itu korporasi, kenaikan diatur oleh BUMN diatur oleh Menteri. “Nah kalau kalau korporasi ini terus menerus dirugikan dalam konteks harga 12 kg dan 50 kg, berarti  tidak ekonomis. Itu kan membuat catatan merah bahwa korporasi karena mengalami kerugian,” jelasnya.

Soal elpiji kata Milton Pakpahan sudah menjadi persoalan lama dan  masyarakat harus berpikir balance. Kalau terus-terusan begini kita berat, sebab jumlahnya akan makin membengkak. Impor kita mencapai  5 juta MSCFD atau Million Standard Cubic Feet per Day (gas) atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari dan kini sudah menjadi kebutuhan vital , sehingga tidak boleh terus-terusan rugi.  “Sudah saatnya dikoreksi termasuk harga BBM,” jelas Milton Pakpahan. (mp)/foto:iwan armanias/parle/iw.

BERITA TERKAIT
Komisi VII Minta Pemerintah Perluas Keterlibatan UMKM dalam Program MBG
08-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, mendorong pemerintah untuk memperluas keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil,...
Komisi VII Dorong Skema Royalti Lagu Diatur Ulang
07-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty menyoroti pentingnya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) namun...
Khawatir Status UNESCO Dicabut, Kaji Ulang Izin Resort di TN Komodo
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengkaji ulang pemberian Izin...
Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen...