Komisi IX Pastikan Dukungan Anggaran Pusat untuk Tekan Stunting di NTT

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris saat memimpin Kunjungan Kerja Reses Komisi IX di Kupang, NTT, Senin (11/8/2025). Foto : Gal/Andri
PARLEMENTARIA, Kupang - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menegaskan komitmen DPR untuk memastikan program dan anggaran dari pemerintah pusat tersalurkan secara optimal ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Terlebih penyaluran anggaran ini dalam upaya menurunkan angka stunting yang saat ini masih berada di 37,9 persen.
"Program maupun anggaran dari pemerintah pusat itu tidak kecil, cukup besar bahkan. Kehadiran kami di NTT menunjukkan komitmen bahwa kami akan memastikan anggaran dan program yang dibutuhkan bisa sampai ke NTT sehingga permasalahan seperti stunting bisa segera diselesaikan," ujar Charles kepada Parlementaria dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi IX di Kupang, NTT, Senin (11/8/2025).
Charles mengungkapkan angka stunting di NTT masih cukup tinggi, yakni 37,9 persen. Ia berjanji akan bekerja keras bersama mitra di Jakarta untuk menghadirkan program yang dibutuhkan, termasuk memenuhi kebutuhan vaksin dasar yang dinilai masih kurang.
"Seluruh masukan yang kami dapatkan akan menjadi bahan bagi kami untuk rapat dengan mitra di DPR RI, baik itu Kementerian Kesehatan maupun kementerian lainnya. Kebutuhan vaksin akan menjadi perhatian kami ketika rapat dengan Kementerian Kesehatan," kata Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.
Terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG), Charles menilai penting untuk memfokuskan bantuan pada daerah rentan gizi buruk agar tepat sasaran.
"Program makan bergizi gratis tidak sekadar memberikan makanan kepada anak-anak, tetapi kepada penerima manfaat yang memang membutuhkan. Dampaknya yang kita harapkan adalah penurunan angka stunting di NTT," ujarnya.
Senada, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menjelaskan tingginya angka stunting di wilayahnya dipengaruhi kemiskinan, keterbatasan wilayah, dan tingginya kasus infeksi berulang.
"Stunting itu karena kekurangan gizi kronik dan infeksi berulang. Kendala tersebut menjadi penyebab stunting tertinggi," kata Melkiades.
Ia memaparkan berbagai upaya yang telah dilakukan, termasuk meluncurkan program Posyandu Tangguh di tingkat provinsi. "Kami memastikan di level posyandu kita perkuat untuk menahan dan melawan stunting dari tingkat paling bawah," ujarnya.
Menurut Melkiades, pengentasan kemiskinan menjadi langkah utama untuk menekan stunting. "Kami sudah turun dari 19,02 persen menjadi 18,6 persen. Pertumbuhan ekonomi juga lagi bagus di NTT, tapi yang penting ini bisa terdistribusi dengan baik," katanya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya edukasi gizi pada seribu hari pertama kehidupan, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. "Agar anak tidak mengalami infeksi ketika sudah mulai di masa-masa awal lahir ke dunia ini," tambahnya. (gal/rdn)