Endang Setyawati: Lindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia dari Ancaman Pencurian

11-04-2025 / KOMISI IV
Anggota Komisi IV DPR RI Endang Setyawati Thohari saat mengikuti kunjungan kerja reses Komisi IV DPR RI di Medan, Sumatera Utara, Kamis (10/4/2025). Foto : Hans/Andri

PARLEMENTARIA, Medan - Anggota Komisi IV DPR RI Endang Setyawati Thohari menyoroti pentingnya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati Indonesia yang merupakan salah satu yang terkaya di dunia, khususnya di Sumatera Utara. Hal tersebut ia kemukakan dalam rangka pengawasan terhadap isu-isu lingkungan hidup, kehutanan, dan pertanian yang marak terjadi.

 

Endang menekankan bahwa Indonesia berada di posisi kedua dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Sayangnya, potensi besar tersebut kerap dimanfaatkan secara ilegal oleh pihak asing, khususnya melalui pengambilan plasma nutfah tanaman hutan oleh oknum yang mengaku sebagai peneliti.

 

"Saya juga berlatar belakang peneliti, jadi paham bagaimana modusnya. Mereka datang seolah melakukan kunjungan penelitian, padahal mengambil plasma nutfah untuk dikembangkan di negara mereka," ujar Endang saat mengikuti kunjungan kerja reses Komisi IV DPR RI di Medan, Sumatera Utara, Kamis (10/4/2025).

 

Legislator Dapil Jawa Barat III ini juga mencontohkan kasus perusahaan kosmetik Jepang, Shiseido, yang menurutnya memanfaatkan rempah-rempah dari Indonesia tanpa mencantumkan asal bahan baku tersebut dalam brand image mereka. Saat itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pun menyampaikan keluhan terkait hal ini.

 

"Saya sampai memanggil atase pertanian Jepang, yang kebetulan junior saya, untuk menyelesaikan persoalan itu. Harusnya ada aturan yang mewajibkan pencantuman asal-usul bahan baku, apalagi jika berasal dari kekayaan hayati Indonesia," tegasnya.

 

Endang juga mengkritik kebijakan yang dinilainya tidak mendukung pengembangan riset di daerah, termasuk keberadaan para peneliti dari Direktorat Jenderal maupun Balai Penelitian yang dahulu disekolahkan melalui pinjaman dari Bank Dunia.

 

"Sekarang malah dikerdilkan. Padahal peneliti penting untuk mengkaji dan melindungi satwa liar serta kekayaan hayati lainnya agar tidak diambil pihak asing," katanya.

 

Ia juga menyoroti sejarah panjang eksploitasi sumber daya Indonesia sejak masa penjajahan. Endang menyebut Kebun Raya Bogor sebagai contoh, di mana kelapa sawit dan kopi dibawa keluar oleh Belanda sejak abad ke-18. Namun, saat ini justru muncul kebijakan yang mengabaikan warisan itu, seperti rencana alih fungsi kebun teh menjadi vila-vila.

 

"Negara kecil seperti Belanda saja bisa mengelola kekayaan kita. Tapi sekarang kita justru mengubah aturan yang sudah mapan menjadi tidak jelas arahnya," tambahnya.

 

Politisi Fraksi Gerindra ini berharap media dan generasi muda dapat berperan aktif dalam menyuarakan pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia. Ia mendorong adanya penangkaran resmi untuk satwa liar, agar proses domestikasi dan pemanfaatan ekonominya dapat memberi devisa bagi negara secara legal dan berkelanjutan.

 

"Jangan sampai kulit harimau malah diperjualbelikan secara ilegal. Harus ada penangkaran yang jelas, agar bisa didomestikasi dan dimanfaatkan secara sah," jelasnya.

 

Ia menutup dengan menyerukan perlunya regulasi yang kuat dari pemerintah daerah untuk melindungi potensi lokal. Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto melalui berbagai pertemuan dengan kepala daerah telah mencoba mendorong sinergi ini, tetapi implementasinya di lapangan masih belum maksimal.

 

“Pak Prabowo tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kerja sama dari bawahannya sampai ke level daerah. Peraturan pusat harus bisa dijabarkan dan diterjemahkan ke kebijakan daerah," tutupnya. (mf/aha)

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...