Agar Peternak Sapi Lokal Sejahtera, Stop Impor Sapi

05-01-2012 / KOMISI IV

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani peternak sapi di dalam negeri, salah satu jalan yang harus ditempuh adalah dengan melakukan penghentian impor sapi dari negara Tetangga. Hal itu ditegaskan Anggota Komisi IV DPR RI, Syaifullah Tamliha, S.Pi, MS (F-PPP) saat ditemui di ruang kerjanya baru-baru ini. Sebagaimana diketahui sebagian besar impor sapi yang masuk ke Indonesia berasal dari Australia dan Selandia Baru.

Syaifullah mengatakan, kalau pemerintah adil seharusnya impor sapi tidak hanya dari kedua negara tersebut. “Seharusnya kita juga membuka keran impor dari India dan Brazil, karena harganya separuh sapi New Zealand dan Australia,” ungkapnya. Memang sapi India dan Brazil diduga terjangkit penyakit kuku dan mulut, tetapi hal itu bisa diatasi dengan membuka sebuah pulau untuk dijadikan karantina sapi sebelum dilepas ke pasar domestik.

Dia mengungkap, impor sapi hanya menguntungkan para pengusaha besar, bahkan merugikan peternak sapi lokal. “Yang meng-impor sapi itu termasuk golongan neolib/kapitalis yang membuat peternak tidak sejahtera,” tegasnya.   Anggota Fraksi Partai Persatuan Pembangunan ini menambahkan, persoalan tingginya disparitas harga juga menjadi kendala. Harga daging sapi di tangan peternak hanya Rp. 20.000 kg, sementara di pasar mencapai Rp. 70.000-80.000 per kg. Ini terjadi karena pemerintah melakukan intervensi dengan memaksakan impor sapi atas rekomendasi Kementerian Pertanian dan izinnya dari Kementerian Perdagangan. “Jika ingin harga sapi lokal naik, segera lakukan stop impor sapi,” sarannya.

Lebih lanjut anggota DPR asal Kalimantan Selatan ini memaparkan, setiap tahun dilakukan sensus sapi secara nasional, yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan Kementan. Kepala BPS mengumumkan pada tahun 2011 jumlah populasi sapi mencapai 14 juta ekor lebih. “Sebenarnya kita tidak perlu takut kekurangan sapi sehingga harus impor, lebih baik sapi lokal yang diberdayakan,” ujarnya. Dia menambahkan, Komisi IV DPR dan Kementan sepakat memberikan insentif untuk sapi bunting umur 5 bulan sebesar 500 ribu rupiah. “Inilah yang membuat populasi sapi meledak dalam waktu relatif singkat,” imbuhnya.

Untuk mendorong populasi dan mensejahterakan peternak sapi lokal, pemerintah perlu terus mengembangkan program-program pemberdayaan seperti,  Kredit Usaha Pembibitan (KPU) untuk sapi, bantuan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) dan lain-lain . “Saat Australia menyetop ekspor sapinya ke Indonesia belum lama ini, secara perlahan harga sapi lokal meningkat. Dengan harga yang sapi terus meningkat, tentunya akan semakin merangsang peternak untuk terus mengembangkan hewan ternaknya,” ujarnya mengakhiri pembicaraan (Rd.Tvp) Foto:Wrj

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...