Biofarma Harus Fokus Produksi dan Distribusi Vaksin, Alkes dan Obat-Obatan

07-09-2021 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuarina. Foto: Oji/Man

 

Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuarina meminta PT Biofarma dalam waktu dekat untuk memfokuskan diri pada distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan. Menurutnya, distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan ini sudah sangat mendesak dilakukan karena mengejar percepatan 80 persen seluruh penduduk Indonesia menerima vaksin.

 

"Saya meminta, Biofarma dapat mencapai produksi vaksin sesuai dengan program pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal. Jumlah produksi dan distribusi mesti dapat secepat mungkin berkejaran dengan waktu seiring percepatan penyelesaian wabah pandemi ini," ucap Nevi dalam berita rilisnya, Selasa (7/9/2021).

 

Ia menyampaikan, Bioframa mesti sinergi dengan BUMN farmasi lain dan pihak swasta untuk mengakselerasi percepatan produksi vaksin ini. "Jangan sampai rakyat sudah siap divaksin tapi supply produksi terlambat. Untuk mendukung kesehatan masyarakat, obat-obatan dan alat kesehatan juga mesti dipastikan tersedia di seluruh wilayah Indonesia", tuturnya.

 

Politisi PKS ini mengatakan, sampai dengan 31 Mei 2021, BioFarma sudah menerima bulk vaksin Sinovac sebanyak 81,5 juta dosis. Dari jumlah tersebut, vaksin yang sudah diproses di fasilitas Fill and Finish Bio Farma, per 28 Mei 2021, sebanyak 52,63 juta dosis, dan yang sudah release sebanyak 37,90 juta dosis.

 

Nevi melanjutkan, lewat penyertaan modal negara (PMN), per 31 Mei 2021, Bio Farma telah  memproduksi 52,63 juta Vaksin Covid-19. Angka ini bertambah menjadi 90,1 juta Dosis Vaksin Covid-19 pada 26 Juli 2021.

 

"Yang menjadi pertanyaan kami adalah, hingga 22 Juli 2021, jumlah vaksin yang sudah masuk ke Indonesia, kurang lebih sebanyak 151,9 juta dosis. Terdiri dari 123,5 juta dalam bentuk bulk, yang diterima dari Sinovac dan 22,4 juta lainnya diterima dalam bentuk finish produk yang diterima dari AstraZeneca, dan Moderna. Apakah Biofarma tidak dapat memproduksi sendiri vaksin-vaksin ini. Apa kesulitannya," ujar Nevi mempertanyakan.

 

Legislator Sumatera Barat II ini mencatat, berkaitan dengan kewajiban penggunaan komponen tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan transfer teknologi dalam bidang fill atau finish bulk, terdapat 4 Industri farmasi yang siap transfer teknologi pengembangan vaksin melalui Biofarma.

 

"Fraksi kami di PKS juga terus mendorong Biofarma untuk memproduksi vaksin merah-putih, mulai dari clinical trials atau research and development hingga produksi pada filling line. Termasuk berkolaborasi dengan swasta dan Industri farmasi lain. Tentunya kami juga meminta Biofarma ada kolaborasi dengan UMKM atau Industri Kesehatan berlevel IKM (Industri Kecil Menengah). Pelibatan UMKM cukup penting mengingat mereka yang sangat terdampak pandemi,"  tutup Nevi Zuairina. (dep/es)

BERITA TERKAIT
Harga Gula dan Tetes Tebu Anjlok, Komisi VI Dengar Keluhan APTRI
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengadukan anjloknya harga gula dan tetes tebu kepada Komisi VI DPR...
Gde Sumarjaya: Pendanaan Koperasi Merah Putih Harus Sesuai Kaidah Usaha
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Pembiayaan untuk Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih diminta tetap mengacu pada prinsip keuangan yang sehat. Anggota Komisi VI...
KAI Harus Hentikan Praktik Outsourcing dan Benahi Sistem Digitalisasi Tiket yang Rentan Disalahgunakan
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Mufti Anam mendorong PT Kereta Api Indonesia (Persero) membenahi secara serius manajemen...
Komposisi Direksi Baru KAI Bukan Seremonial, Harus Percepat Adaptasi dan Kebijakan Strategis
20-08-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, mengingatkan jajaran direksi baru PT Kereta Api Indonesia...