Komisi IV Dukung Inovasi Ditjen PSLB3 Atasi Permasalahan Sampah Indonesia

Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI ke Maros, Sulawesi Selatan,. Foto : Ria/mr
Komisi IV DPR RI mendukung Inovasi Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang menghadirkan Bank Sampah dalam mengelola sampah di Indonesia. Ketua Komisi IV DPR RI Sudin menilai, kehadiran bank sampah membawa banyak perubahan. Mulai dari lingkungan, sosial hingga ekonomi bagi mereka yang menjaga lingkungan sekitar.
Ia menyampaikan apresiasi serta berkomitmen mendorong agar Pemerintah lebih berperan aktif dalam mensosialisasi penyadaran kepada masyarakat luas cara mengelola sampah domesti rumah tangga guna menjaga lingkungan. “Kami berharap, pengelolaan sampah melalui bank sampah ini bisa diadopsi ke daerah lain di seluruh Indonesia. Untuk itu, pemberian sosialisasi dan edukasi perlu terus dicanangkan,” ungkap Sudin saat memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IV DPR RI ke Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2019).
Selain meninjau bank sampah, Tim Kunker Komisi lV DPR RI juga mengunjungi lokasi pengelolaan limbah bahan beracun berbahaya dari fasilitas layanan kesehatan di PT. Kimia Kecamatan Biringkanaya. Sulsel merupakan provinsi pengembangan percontohan unit mesin/fasilitas percontohan insinerator limbah bahan berbahaya dan beracun(B3) dari fasilitas layanan kesehatan, dimana menurut data jumlah dari fasyankes di Kota Makassar sebanyak 228 dengan estimasi jumlah limbah 3.34 ton/hari.
“Untuk itu, perlu penanganan secara teknologi pengelolahan limbah B3 agar tidak berdampak negatif ke lingkungan masyarakat. Kami berharap model percontohan pengembangan fasilitas insinerator dapat dikembangkan untuk daerah lainnya," ungkap politisi PDI-Perjuangan itu.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal PSLB3 LHK Rosa Vivien Ratnawati menyampaikan inovasi terus dilakukan Pemerintah dalam mengelola sampah di Indonesia yang jumlah pertahun sebanyak 65,8 juta ton. “Jumlah sampah di Indonesia sebanyak 65,8 juta ton, dengan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terbatas kami terus melakukan Inovasi. Salah satunya melalui bank sampah yang mengikut sertakan masyarakat dalam mengelola sampah," ungkapnya.
Hadirnya bank sampah, lanjut Vivien, merupakan salah satu cara yang efektif serta bersifat ekonomis. Di Bank Sampah Induk Turikale, Maros saja, lanjut Vivien, pengelola sampah melalui bank sampah mampu mengelola sampah satu sampai dua ton perhari bahkan dari pengelolaan sampah tersebut mereka menghasilkan omset sebesar Rp 50 juta. “Secara tidak langsung kami memaksa masyarakat memilah sampah dan menumpuhkan potensi ekonmi kerakyatan dari menjaga lingkungan,” pungkas Vivien. (rnm/sf)