Stok Bahan Pokok Harus Dijaga untuk Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Puasa
Anggota Komisi IV DPR RI, Sulaiman L. Hamzah (F-NasDem)/Foto:Runi/Iw
Hasil kunjungan kerja Komisi IV DPR RI beberapa kali ke daerah serta Rapat Kerja (Raker) dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan instansi terkait, dipastikan bahwa secara umum stok pangan menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri relatif aman. Hanya memang perlu antisipasi dari kementerian terkait akan terjadinya lonjakan harga.
“Pasalnya, sekarang ini harga-harga bahan pokok sudah mulai naik, karena itu yang paling penting menjaga ketersediaan (stok). Kalau stok berkurang, maka harga akan melonjak,” kata Anggota Komisi IV DPR RI Sulaiman L. Hamzah kepada pers sebelum mengikuti Rapat Paripurna, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Untuk itu, politisi Partai NasDem ini berharap kepada pemerintah untuk betul-betul menjamin ketersediaan sembilan bahan pokok, sebab akan sangat berpengaruh kepada konsumen. Ditanya pengamatan Komisi IV ke daerah-daerah, ia menyebutkan ada daerah karena pengaruh musim sehingga produksi menurun. Tetapi juga ada yang stabil kendati terkena bencana alam. Meski demikian, tidak terlalu banyak pengaruh terhadap ketersediaan bahan pokok menjelang bulan puasa dan lebaran.
Terkait peran petani lokal terhadap stok pangan, Sulaiman mengakui saat ini perlu digenjot untuk banyak pendampingan. Sebab bagaimanapun yang bergerak lebih cepat adalah korporasi perusahaan-perusahaan besar. “Pendampingan ini sangat penting, sebab kalau tidak akan terus tertinggal,” tukasnya.
Sulaiman juga menggambarkan kunjungan kerja terakhir Komisi IV ke petani bawang putih di Temanggung, Jawa Tengah. Menurutnya, gairah masyarakat masih terjaga, walaupun produksinya kecil dan harganya tidak terlalu menggembirakan.
Hal ini karena pengaruh impor bawang putih, dimana harganya masih terjangkau. Sementara produk dalam negeri, biayanya tinggi. Sehingga pemerintah mewajibkan importir untuk menanam bawang putih sebesar 5 persen dari kuota yang diberikan, dan harus ada kerja sama dengan masyarakat.
Dia berharap, ke depan akan ada proteksi kepada petani, sehingga antara produk impor dan lokal yang mutunya hampir sama, bisa lebih meningkat lagi. Sekarang ini produksi bawang putih nasional masih dibawah 10 persen, sebagian besar masih dari luar.
Guna meningkatkan produk petani lokal, mestinya ada impor benih dan ini bisa dipacu. “Apalagi kita pernah swasembada bawang putih pada tahun 1900-an lalu, makanya harus dikejar sejak sekarang. Kalau tidak, sampai kapanpun kita takkan bisa,” tekan Sulaiman.
Untuk bisa tetap menstabilkan harga, politisi dapil Papua ini berharap, Kementerian Perdagangan konsisten dengan pengawasan di lapangan. “Kita berharap harga-harga tetap stabil, jangan ada pengusaha kartel yang ikut bermain, sehingga akan memberatkan konsumen,” pungkasnya. (mp/sf)